Sabtu, 28 September 2013

Aktiva Tetap (Akuntansi)



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam makalah ini pembahasan mengenai pencatatan pengakuan aktiva tetap, pencatatan penghentian pemakaian aktiva tetap, penjualan aktiva tetap: penghitungan dan penjurnalan, pertukaran aktiva tetap: yang sejenis dan tidak sejenis, dan contoh soal beserta penyelesaiannya.
            Aktiva tetap berwujud adalah aktiva-aktiva yang berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal. Istilah relatif permanen menunjukkan sifat dimana aktiva yang bersangkutan dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif cukup lama. Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas tidak dilakukan penyusutan terhadap harga perolehannya, sedangkan aktiva tetap yang terbatas umurnya dilakukan penyusutan harga perolehannya. Aktiva tetap yang dapat diganti dengan aktiva yang sejenis penyusutannya disebut depresiasi sedang penyusutan sumber alam disebut deplesi.
Aktiva tetap bisa dihentikan pemakaiannya dengan cara dijual, ditukarkan, ataupun karena rusak. Pada waktu aktiva tetap dihentikandari pemakaian maka semua rekening yang berhubungan dengan aktiva tersebut dihapuskan. Apabila aktiva itu dijual maka selisih antara harga jual dengan nilai buku atau nilai residu dicatat sebagai laba atau rugi.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah yang di maksud dengan aktiva tetap?
2.      Bagaimana Pencatatan Pengakuan Aktiva Tetap?
3.      Bagaimana Pencatatan Penghentian Pemakaian Aktiva Tetap?
4.      Bagaimana Penjurnalan Penjualan Aktiva Tetap?
5.      Bagaimana Pertukaran Aktiva Tetap?



C.   Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui tentang aktiva tetap.
2.      Mengetahui pencatatan aktiva tetap.
3.      Mengetahui pencatatan penghentian aktiva tetap.
4.      Mengetahui penjurnalan penjualan aktiva tetap.
5.      Mengetahui pertukaran aktiva tetap.

D.   Manfaat Penulisan
Agar kita dapat mengetahui tentang aktiva tetap ( Penghapusan atau Penghentian Pemakaian Aktiva Tetap).


















BAB II
PEMBAHASAN
A.   Pengertian Aktiva Tetap
Aktiva tetap berwujud adalah aktiva-aktiva yang berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal. Istilah relatif permanen menunjukkan sifat dimana aktiva yang bersangkutan dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif cukup lama. Untuk tujuan akuntansi, jangka waktu penggunaan ini dibatasi dengan “lebih dari satu periode akuntansi”. Jadi aktiva berwujud yang umurnya lebih dari satu periode akuntansi dikelompokkan sebagai aktiva tetap berwujud.
Aktiva tetap berwujud yang dimiliki oleh suatu perusahaan dapat mempunyai macam-macam bentuk seperti tanah, bangunan, mesin-mesin, dan alat-alat, kendaraan, membelair dan lain-lain. Dari macam-macam aktiva berwujud diatas untuk tujuan akuntansi dikelompokkan sebagai berikut:
1.         Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas seperti tanah untuk letak perusahaan, pertanian dan peternakan.
2.         Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaanya bisa diganti dengan aktiva yang sejenis, misalnya bangunan, mesin, alat-alat, mebel, kendaraan dan lain-lain.
3.         Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya tidak dapat diganti dengan aktiva yang sejenis, misalnya sumber-sumber alam seperti tambang, hutan dan lain-lain.
            Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas tidak dilakukan penyusutan terhadap harga perolehannya, sedangkan aktiva tetap yang terbatas umurnya dilakukan penyusutan harga perolehannya. Aktiva tetap yang dapat diganti dengan aktiva yang sejenis penyusutannya disebut depresiasi sedang penyusutan sumber alam disebut deplesi.
            Kadang-kadang dipakai judul pabrik dan alat-alat sebagai ganti dari aktiva tetap berwujud. Yang termasuk dalam judul ini di neraca hanyalah aktiva-aktiva tetap berwujud yang dimiliki perusahaan dan digunakan dalam usaha perusahaan. Aktiva tetap berwujud yang dimiliki tetapi tidak digunakan, misalnya tanah untuk tujuan ekspansi atau investasi tidak dikelompokkan dalam aktiva tetap berwujud tetapi dikelompokkan dalam investasi jangka panjang atau aktiva lain-lain.
B.   Pencatatan Pengakuan Aktiva Tetap
Biaya perolehan aktiva tetap harus diakui sebagai aktiva jika dan hanya jika :
1.      Besar kemungkinan manfaat ekonomis dimasa depan berkenaan dengan aset tersebut akan mengalis ke entitas.
2.      Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.
Suku cadang dan peralatan pemeliharaan (service equipment) biasanya dicatat sebagai persediaan dan diakui dalam laporan laba rugi pada saat dikonsumsi. Namun demikian suku cadang utama dan peralatan siap dipakai memenuhi kriteria aktiva tetap ketika entitas memperkirakan akan menggunakan aktiva tersebut selama lebih dari satu periode. Sama halnya jika suku cadang dan peralatan pemeliharaan yang hanya bisa digunakan untuk suatu aset tetap tertentu, hal ini juga dicatat sebagai aktiva tetap.
Pernyataan ini tidak menentukan unit ukuran dalam pengakuan suatu aktiva tetap, oleh karena itu diperlukan pertimbangan dalam penerapan kriterian pengakuan yang sesuai dengan kondisi tertentu entitas. Pertimbangan tersebut tepat terhadap agregasi unit-unit yang secara individu tidak signivikan, seperti cetakan dan perkakas kemudian menerapkan kriteria atas nilai agregat tersebut.
C.   Pencatatan Penghentian Pemakaian Aktiva Tetap
           Aktiva tetap dapat dihentikan penggunaannya dengan membuang, menjual, atau menukarkannya. Pada umumnya, pada waktu aktiva dilepaskan, penyusutan atau amortisasi yang belum dicatat untuk periode bersangkutan dicatat sampai tanggal pelepasan. Dengan demikian nilai buku pada tanggal pelepasan atau penghentian penggunaan dapat dihitung sebagai selisih antara harga perolehan aktiva itu dan akumulasi penyusutannya.
Jika harga pelepasan lebih besar daripada nilai buku, diakui keuntungan. Sebaliknya, jika harga pelepasan lebih kecil daripada nilai buku, diakui kerugian. Keuntungan atau kerugian dilaporkan pada perhitungan rugi laba sebagai ”pendapatan dan keuntungan lain-lain” atau “beban dan kerugian lain-lain” pada tahun pelepasan aktiva. Sebagai bagian dari ayat pelepasan, saldo dalam perkiraan aktiva dan akumulasi penyusutan untuk aktiva tersebut dihapuskan. Dalam hal ini, proses penghentian penggunaan aktiva tetap dapat dilakukan melalui hal-hal berikut:

1.    Pembuangan Aktiva Tetap
Apabila aktiva tetap tidak berguna lagi bagi perusahaan serta tidak memiliki nilai jual, maka aktiva tersebut dapat dibuang. Jika aktiva tetap tersebut belum disusutkan secara penuh, maka harus terlebih dahulu dilakukan pencatatan penyusutan sebelum aktiva tersebut dibuang dan dihapus dari catatan akuntansi perusahaan. Dalam hal ini, tidak akan timbul keuntungan ataupun kerugian yang harus diakui dalam catatan akuntansi karena aktiva tetap telah disusutkan secara penuh dan tidak memiliki nilai sisa (salvage value).

2.    Penjualan
Apabila suatu aktiva tetap sudah tidak digunakan lagi oleh perusahaan, tetapi masih memiliki nilai sisa, maka aktiva tersebut dapat dijual. Penjualan aktiva tetap ini dapat menimbulkan keuntungan jika dijual di atas nilai sisanya, atau menimbulkan kerugian jika dijual di bawah nilai sisanya. Jika hasil dari penjualan aktiva tetap adalah dalam bentuk kas atau piutang (aktiva moneter), maka pencatatan transaksi tersebut harus mengikuti urutan yang telah diaturkan.

3.      Pertukaran dengan Aktiva Nonmoneter Lainnya
Sering terjadi bahwa aktiva lama ditukar dengan aktiva baru dengan mempertimbangkan harga pasar aktiva lama. Pertukaran ini dapat terjadi baik antara aktiva tetap yang sejenis ataupun aktiva tetap yang tidak sejenis. Nilai tukar tambah (trade-in allowance), dapat lebih tinggi atau lebih rendah daripada nilai buku aktiva tetap lama. Saldo yang tersisa atau jumlah yang terutang atas transaksi pertukaran ini, dapat dibayarkan tunai atau dicatat sebagai kewajiban. Pertukaran aktiva tetap seperti ini juga menimbulkan keuntungan atau kerugian yang perlu diakui dalam catatan akuntansi pada saat pertukaran terjadi.
Apabila aktiva tetap diperoleh dari hasil pertukaran dengan aktiva nonmoneter lain, maka aktiva baru yang diperoleh tersebut dicatat sebesar nilai pasar wajarnya atau nilai pasar wajar aktiva nonmoneter yang diserahkan, mana yang lebih pasti. Perlakuan ini dikenal sebagai “kasus umum” dan merupakan transaksi pertukaran yang lebih umum.

4.      Konversi Terpaksa
Adakalanya penghentian penggunaan aktiva tetap terjadi karena kerusakan berat akibat peristiwa-peristiwa seperti kebakaran, gempa bumi, banjir, atau pengapkiran. Penghentian pemakaian yang disebabkan oleh jenis-jenis kejadian yang tidak dapat dikendalikan seperti ini digolongkan sebagai konversi terpaksa. Beberapa dari peristiwa ini merupakan resiko yang dapat diasuransikan, dan terjadinya peristiwa tersebut menghasilkan ganti rugi dari perusahaan asuransi. Jika ganti rugi itu lebih besar daripada nilai buku aktiva yang rusak, maka keuntungan harus diakui pada pembukuan. Jika ganti rugi lebih kecil daripada nilai buku, kerugian akan dicatat.
Jika kerugian tidak dapat diasuransikan, atau perusahaan lalai mengasuransikan kekayaannya, maka nilai buku tersisa dari aktiva itu harus dicatat sebagai kerugian. Oleh karena jenis kejadian-kejadian ini tidak biasa dan jarang terjadi, maka keuntungan dan kerugian yang direalisasi sering kali dicatat sebagai pos luar biasa. tentu saja, jika besar kemungkinan bahwa kejadian-kejadian itu akan berulang, yaitu misalnya jika suatu pabrik dibangun di daerah rendah yang sering mengalami banjir, maka keuntungan atau kerugiannya dapat digolongkan sebagai pos biasa.

Contoh:
Misalnya, mesin yang dibeli pada tanggal 1 Februari 2005 dengan harga Rp 3.200.000,00, pada tanggal 1 Juli 2009 dijual dengan harga Rp 650.000,00. Mesin tersebut ditaksir umurnya 5 tahun dan depresiasinya dengan cara garis lurus, taksiran nilai residu Rp 200.000,00. Penjualan mesin pada tanggal 1 Juli 2009 dicatat dengan jurnal sebagai berikut:
Depresiasi Mesin                                             Rp 300.000,00
            Akumulasi depresiasi mesin                                        Rp 300.000,00

Depresiasi 6 bulan:
6/12 x 1/5  x ( Rp 3.200.000,00 – Rp 200.000,00) = Rp 300.000,00

Kas                                                                  Rp    650.000,00
Akumulasi depresiasi mesin                            Rp 2.650.000,00
            Mesin                                                                          Rp 3.200.000,00
            Laba penjualan mesin                                                  Rp    100.000,00

Perhitungan:
            Harga jual                                                                    Rp    650.000,00

Nilai buku mesin:
Harga perolehan                                              Rp 3.200.000,00

Akumulasi depresiasi:
            2005 : 11 bulan =        Rp 550.000,00
            2006 : 12 bulan =        Rp 600.000,00
            2007 : 12 bulan =        Rp 600.000,00
            2008 : 12 bulan =        Rp 600.000,00
            2009 :   6 bulan =        Rp 300.000,00+
                                                                        Rp 2.650.000,00-
                                                                                                Rp 550.000,00-
Laba penjualan aktiva tetap                                                    Rp 100.000,00



D.   Penjurnalan Penjualan Aktiva Tetap

Ketika barang berupa aset tetap dijual, bebean depresiasi assets (depreciation expense) harus sesuai dengan tanggal  penjulan tersebut, kemuadian analoghi penjurnalanya adalah kita menghilangkan cost dari aset dan akumulasi depresiasinya dan menimbulkan sejumlah uang yang kita terima dari penjualan aset itu dan memasukan bedanya sebagai gain/loss on disposal of FA.
Contoh, sebuah perusahaan menjual sebuah mesin pada tanggal  31 Januari 2010 seharga Rp 50,000,000. Akumulasi Depresiasi terakhir tercatat di 31 Desember sebesar Rp 400.000.000 dengan taksiran depresiasi perbulan Rp 4,000,000. Buku besar menunjukan bahwa harga perolehan mesin adalah sebesar Rp 500,000,000.
Pada akhir januari pertama-tama perusahaan akan menjurnal  beban depresiasi sebesar Rp 4,000,000 untuk bulan Januari.
Tanggal
Keterangan
Debit
Kredit
31 Jan 2010
Depr Exp
Rp 4.000.000


Accum. Depr

Rp 4.000.000

Dengan adanya jurnal tersebut, maka akumulasi depresiasi untuk mesin tersebut menjadi Rp 404,000,000. Sehingga jurnal penjulanya yaitu :
Tanggal
Keterangan
Debit
Kredit
31 Jan 2010
Cash
50,000,000


Accum. Depr
404,000,000


Loss on disposal FA
46,000,000


Machine

500,000,000

Perhitungan :
Harga perolehan
500,000,000
Akumulasi Depresiasi
404,000,000
Book Value
96,000,000
Harga jual
50,000,000
Loss on disposal
46,000,000

E.   Pertukaran Aktiva Tetap
Banyak pembelian aktiva yang dilakukan dengan cara tukar-menukar, atau sering disebut “tukar tambah”, di mana aktiva lama digunakan untuk membayar harga aktiva baru, baik seluruhnya atau sebagian dan kekurangannya dibayar tunai. Dalam keadaan seperti ini, PSAK No. 16 menyatakan bahwa harga perolehan aktiva tetap yang diperoleh dinilai sebesar nilai wajar aktiva tetap yang dilepas atau diperoleh, mana yang lebih andal, ekuivalen dengan nilai wajar aktiva tetap yang dilepaskan setelah disesuaikan jumlah kas atau setara kas yang ditransfer. Ada masalah yang timbul bila harga pasar aktiva lama naupun baru tidak dapat ditentukan. Dalam hal ini nilai buku aktiva lama akan digunakan sebagai dasar pencatatan pertukaran tersebut. Selain masalah diatas, masalah lainnya adalah pengakuan rugi atau laba yang timbul karena adanya pertukaran aktiva tetap tersebut. Pembicaraan mengenai masalah rugi atau laba pertukaran akan dipisahkan menjadi dua yaitu pertama untuk pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis dan kedua, untuk pertukaran aktiva tetap yang sejenis. Pertukaran aktiva tetap sejenis oleh PSAK No. 16 diatur untuk tidak mengakui adanya keuntungan atau kerugian, dan biaya (harga) perolehan aktiva tetap baru adalah jumlah tercatat dari aktiva tetap yang dilepaskan.
1.      Pertukaran Aktiva Tetap yang Sejenis
Pertukaran aktiva tetap yang sejenis adalah pertukaran aktiva tetap yang sifat dan fungsinya sama seperti pertukaran mesin produksi merek A dengan merek B, truk merek A dengan merek B, dan seterusnya. Dalam hubungannya dengan aktiva tetap yang sejenis PSAK No. 16 menyatakan bahwa laba atau rugi yang timbul akibat perbedaan nilai wajar aktiva tetap yang diperoleh dengan yang diserahkan tidak boleh diakui, sehingga selisihnya akan digunakan untuk mengkoreksi nilai wajar aktiva yang diperoleh. Bila terdapat selisih nilai wajar, maka nilai wajar aktiva tetap baru ditetapkan sebesar nilai buku aktiva yang dilepaskan. Sebaliknya bila nilai buku aktiva yang dilepaskan lebih tinggi dari nilai wajar aktiva yang diterima, maka nilai buku aktiva yang diserahkan harus diturunkan, dan nilai baru sesudah penurunan digunakan sebagai nilai wajar aktiva yang diterima. Apabila dalam transaksi pertukaran itu perusahaan harus membayar uang dalam jumlah tertentu, maka harga perolehan aktiva yang diterima sama dengan nilai buku aktiva yang dilepaskan ditambah uang yang dibayarkan. Sebaliknya apabila perusahaan menerima uang dalam transaksi pertukaran itu, maka harga perolehan aktiva yang diterima adalah sebesar nilai buku aktiva yang dilepaskan dikurangi uang yang diterima.

Contoh 1: Pertukaran dengan mengeluarkan kas.
Misalnya, PT Risa Fadila menukarkan truk merek A dengan truk merek B. Harga perolehan truk A sebesar Rp 10.000.000,00 dan akumulasi depresiasinya sebesar Rp 4.000.000,00. Truk B harga pasarnya (nilai wajar) Rp 25.000.000,00. PT Risa Fadila membayar Rp 20.000.000,00 tunai. Jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi tersebut adalah sebagai berikut:

Truk B                                     Rp 26.000.000,00
Akumulasi depresiasi truk A   Rp   4.000.000,00
            Truk A                                                             Rp 10.000.000,00
            Kas                                                                  Rp 20.000.000,00

Perhitungannya sebagai berikut:
                        Harga perolehan truk A          Rp 10.000.000,00
                        Akumulasi depresiasi              Rp   4.000.000,00-
                        Nilai buku truk A                    Rp   6.000.000,00
                        Kas yang dibayarkan              Rp 20.000.000,00+
                        Harga perolehan truk B           Rp 26.000.000,00
           
Contoh 2: Pertukaran dengan penerimaan kas.
Sebagai contoh, misalnya PT Risa Fadila menukarkan truk A dengan truk B. Harga perolehan truk A sebesar Rp 50.000.000,00 dan akumulasi depresiasinya sebesar Rp 20.000.000,00. Harga pasar (nilai wajar) truk B Rp 35.000.000,00 dan PT Risa Fadila menerima uang Rp 5.000.000,00. Jurnal yang dibuat untuk mencatat pertukaran ini sebagai berikut:

Truk B                                     Rp 25.000.000,00
Akumulasi depresiasi truk A   Rp 20.000.000,00
Kas                                          Rp    5.000.000,00
            Truk A                                                             Rp 50.000.000,00
           
Perhitungannya sebagai berikut:
                        Harga perolehan truk A          Rp 50.000.000,00
                        Akumulasi depresiasi              Rp  20.000.000,00-
                        Nilai buku truk A                    Rp  30.000.000,00
                        Kas yang diterima                   Rp    5.000.000,00-
                        Harga perolehan truk B           Rp  25.000.000,00

2.      Pertukaran Aktiva Tetap yang Tidak Sejenis
Pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis adalah pertukaran aktiva tetap yang sifat dan fungsinya tidak sama seperti misalnya pertukaran tanah dengan mesin-mesin, tanah dengan gedung dan lain-lain. Perbedaan antara nilai wajar aktiva tetap yang diserahkan dengan nilai wajar yang digunakan sebagai dasar pencatatan aktiva yang diperoleh pada tanggal transaksi terjadi harus diakui sebagai laba atau rugi pertukaran aktiva tetap. Penentuan harga perolehan  dalam pertukaran seperti ini harus didasarkan pada nilai wajar aktiva tetap yang diserahkan ditambah uang yang dibayarkan. Bila nilai wajar aktiva yang diserahkan tidak diketahui, maka harga perolehan aktiva baru didasarkan pada nilai wajar aktiva baru.
Misalnya pada awal tahun 2006 PT saya menukarkan mesin produksi dengan truk baru. Harga perolehan mesin produksi sebesar Rp 2.000.000,00 akumulasi depresiasi sampai tanggal pertukaran sebesar Rp 1.500.000,00 sehingga nilai bukunya sebesar Rp 500.000,00. Nilai wajar mesin produksi tersebut sebesar Rp 800.000,00 dan PT saya harus membayar uang sebesar Rp 1.700.000,00. Harga perolehan truk adalah Rp 2.500.000,00 yang perhitungannya sebagai berikut:
Nilai wajar mesin produksi     Rp    800.000,00
Uang tunai yang dibayarkan   Rp 1.700.000,00+
Harga perolehan truk              Rp. 2.500.000,00

Jurnal yang dibuat untuk mencatat pertukaran diatas adalah sebagai berikut:
                        Truk                                         Rp 2.500.000,00
                        Akumulasi depresiasi mesin    Rp 1.500.000,00
                                    Kas                                                                  Rp 1.700.000,00
                        Mesin                                                              Rp 2.000.000,00
Laba pertukaran mesin                                    Rp.   300.000,00
           
Laba pertukaran mesin sebesar Rp 300.000,00 dihitung sebagai berikut:
Nilai wajar mesin produksi                                         Rp    800.000,00
Harga perolehan mesin            Rp 2.000.000,00
                        Akumulasi depresiasi mesin    Rp 1.500.000,00-
                                                                                    Rp    500.000,00-
Laba pertukaran mesin                                                Rp.   300.000,00

            Apabila mesin diatas ditukarkan pada pertengahan tahun 2006 dan bukannya awal tahun 2006, maka pertama kali harus diadakan pencatatan depresiasi untuk 1/2 tahun 2006 dan baru dilakukan pencatatan transaksi pertukaran. Bila diketahui umur mesin terebut 5 tahun maka jurnal-jurnalnya nadalah sebagai berikut:
Depresiasi mesin                     Rp   200.000,00
Akumulasi depresiasi mesin                                        Rp   200.000,00

Perhitungan : 6/12 x 1/5 x Rp 2.000.000,00 = Rp. 200.000,00

                        Truk                                         Rp 2.500.000,00
                        Akumulasi depresiasi mesin    Rp 1.700.000,00
                                    Kas                                                                  Rp 1.700.000,00
                        Mesin                                                              Rp 2.000.000,00
Laba pertukaran mesin                                    Rp.   500.000,00

Laba pertukaran mesin sebesar Rp 500.000,00 dihitung sebagai berikut:
Nilai wajar mesin produksi                                         Rp    800.000,00
Harga perolehan mesin                            Rp 2.000.000,00
                        Depresiasi s.d. awal 2006  Rp 1.500.000,00
                        Depresiasi 6 bulan              Rp    200.000,00+
                                                                                         Rp 1.700.000,00_-
                                                                                                            Rp   300.000,00-
                        Laba pertukaran mesin                                                Rp   500.000,00







BAB III
KESIMPULAN

            Aktiva tetap berwujud adalah aktiva-aktiva yang berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal. Istilah relatif permanen menunjukkan sifat dimana aktiva yang bersangkutan dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif cukup lama. Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas tidak dilakukan penyusutan terhadap harga perolehannya, sedangkan aktiva tetap yang terbatas umurnya dilakukan penyusutan harga perolehannya. Aktiva tetap yang dapat diganti dengan aktiva yang sejenis penyusutannya disebut depresiasi sedang penyusutan sumber alam disebut deplesi.
Biaya perolehan aktiva tetap harus diakui sebagai aktiva jika dan hanya jika : Besar kemungkinan manfaat ekonomis dimasa depan berkenaan dengan aset tersebut akan mengalis ke entitas. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.
Aktiva tetap bisa dihentikan pemakaiannya dengan cara dijual, ditukarkan, ataupun karena rusak. Pada waktu aktiva tetap dihentikandari pemakaian maka semua rekening yang berhubungan dengan aktiva tersebut dihapuskan. Apabila aktiva itu dijual maka selisih antara harga jual dengan nilai buku atau nilai residu dicatat sebagai laba atau rugi.

8 komentar:

  1. bagaimana jika menghitung aktiva tetap jika terbakar ,sedangkan kerugiannya belum di ketahui.
    mohon untuk di beri contohnya
    terimaksih.

    BalasHapus
  2. apakah ada min program yang otomatis pembuatan jurnalnya ini? Website Gratis

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Mau nanya dong,ngitung akumulasi nya kaya mana yah kalo di soal nya ga ada akumulasi nya

    BalasHapus
  5. Psak paragraf berapa ya yg menyatakan laba rugi atas pertukaran aset yg tidak sejenis tidak boleh diakui ?

    BalasHapus