Jumat, 27 September 2013

Interaksi Sosial



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian  Interaksi Sosial
Dilihat dari asal usulnya, interaksi sosial berasal dari bahasa inggris social interaction, yang mengandung pengertian sebagai saling tindak (interaction) yang dibangun, dipertahankan, dan atau diubah oleh dua orang atau lebih. Hal ini mengisyaratkan bahwa tindakan sosial merupakan unsur utama interaksi sosial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, interaksi didefinisikan sebagai hal saling melakukan aksi, berhubungan, atau saling mempengaruhi. Dengan demikian, interaksi sosial adalah hubungan timbal balik (sosial) berupa aksi saling mempengaruhi antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok, atau antara kelompok dengan kelompok. Sementara itu, Gillin mengartikan interaksi sosial sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antarindividu, individu dengan kelompok, atau antar kelompok.[1]
Dengan demikian, menurut Charles P. Loomis, sebuah hubungan bisa disebut interaksi sosial jika memiliki ciri-ciri berikut :
1.      Jumlah pelaku dua orang atau lebih.
2.      Adanya komunikasi antarpelaku dengan menggunakan symbol atau lambang.
3.      Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.
4.      Adanya tujuan yang hendak dicapai sebagai hasil dari interaksi tersebut.

B.   Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
                        Menurut Soerjono Soekanto, interaksi sosial tidak mungkin terjadi tanpa adanya dua syarat, yaitu kontak sosial dan komunikasi.
a.      Kontak Sosial
            Kontak sosial berasal dari bahas Latin yaitu con atau cum yang artinya bersama-sama dan tango  yang artinya menyetuh. Secara harfiah, kontak berarti bersama-sama menyentuh secara fisik. Dalam pengertian sosiologi kontak tidak selalu harus bersentuhan fisik, namun dapat berupa tatap muka, berhadapan, berbicara langsung melalui telepon, melihat televisi, dan membaca surat. Bahkan dapat dikatakan bahwa hubungan badaniah tidak perlu menjadi syarat utama terjadinya kontak.[2]
1.      Bentuk kontak sosial, antara lain sebagai berikut :
a.       Kontak antara individu dan individu[3]
b.      Kontak antara individu dan kelompok
c.       Kontak antara kelompok dan kelompok

2.      Sifat kontak sosial
Kontak sosial dapat bersifat primer dan sekunder
a.       Kontak primer adalah kontak yang dilakukan secara langsung.
Contoh kontak primer, antara lain :
a)      Bertatap muka
b)      Saling senyum
c)      Bersalaman

b.      Kontak sekunder adalah kontak yang dilakukan melalui perantara atau penghubung.
Kontak sekunder terdiri atas kontak sekunder langsung dan kontak sekunder tidak langsung.
a)      Kontak sekunder langsung, yaitu kontak yang dilakukan masing-masing pihak melalui alat tertentu, misalnya telepon, surat, dan melihat TV.
b)      Kontak sekunder tidak langsung adalah kontak yang dilakukan dengan bantuan pihak lain atau orang ketiga.

C.   Komunikasi
            Komunikasi adalah tindakan seseorang untuk menyampaikan pesan dari satu pihak kepada pihak lain sehingga pihak lain tersebut memberikan reaksi atas maksud atau pesan yang disampaikan.
            Komunikasi dapat diwujudkan dengan pembicaraan, gerak-gerik fisik, ataupun perasaan. Dari sini muncullah reaksi atau pesan yang diterima baik itu berupa perasaan, gerak balasan, maupun pembicaraan. Saat bereaksi itulah terjadi komunikasi.
            Karena komunikasi adalah penyampaian pesan dan hasilnya adalah reaksi atas aksi, komunikasi dapat bersifat positif atau negatife. Komunikasi akan menghasilkan sesuatu yang positif atau terjadi kerja sama apabila masing-masing pelaku komunikasi saling memahami maksud dan tujuan pihak lain. Akan tetapi, tidak selalu komunikasi menghasilkan kerja sama bahkan suatu pertikaian mungkin  akan terjadi sebagai akibat salah paham atau karena masing-masing tidak  mau mengalah.[4]

D.   Faktor-Faktor Pendorong Interaksi Sosial
                        Interaksi sosial kelihatannya sederhana. Orang bertemu lalu berbicara atau sekedar bertatap muka. Padahal sebenarnya interaksi sosial merupakan suatu proses yang cukup kompleks. Interaksi ini dilandasi oleh beberapa faktor psikologi, yaitu :
a.      Imitasi
            Imitasi adalah suatu tindakan yang meniru orang lain. Imitasi atau perbuatan meniru bisa dilakukan dalam bermacam-macam bentuk. Menurut Dr. A.M.J. Chorus, ada syarat yang harus dipenuhi dalam mengimitasi, yaitu adanya minat atau perhatian terhadap obyek atau subyek yang akan ditiru, serta adanya sikap menghargai, mengagumi, dan memahami sesuatu yang akan ditiru.

b.      Sugesti
            Sugesti adalah pengaruh yang diberikan oleh pihak lain, baik itu berupa pandangan, sikap, maupun perilaku sehingga orang yang mendapat pengaruh tersebut akan mengikutinya tanpa berpikir panjang.

c.       Identifikasi
            Identifikasi adalah kecendrungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain.

d.      Simpati
            Simpati adalah suatu proses yang ditandai dengan seseorang merasa tertarik kepada orang lain serta menimbulkan dorongan untuk memahami dan ikut merasakan yang dialami, dilakukan, atau diderita oleh orang lain tersebut.

e.       Empati
            Empati  merupakan simpati mendalam yang dapat mempengaruhi kejiwaan dan fisik seseorang.
Hal-hal tersebut di atas merupakan faktor-faktor minimal yang menjadi dasar bagi berlangsungnya proses interaksi sosial, walaupun di dalam kenyataannya proses memang sangat kompleks, sehingga kadang-kadang sulit mengadakan pembedaan secara tegas antara faktor-faktor tersebut.[5]

E.Sumber Informasi yang Mendasari Interaksi
Goffman menyatakan bahwa seseorang akan berusaha mencari informasi tentang orang lain yang di temuinya agar dapat mendefinisikan situasi, Karl dan Yoles pun menyatakan bahwa apabila seseorang baru menjumpai orang lain yang belum dikenal, ia akan berusaha mencari informasi tentang orang itu. Karl dan Yoles berpendapat bahwa ada 7 sumber informasi dalam interaksi. Di antaranya sebagai berikut :
a.      Warna Kulit
            Ciri seseorang yang dibawa sejak lahir, seperti jenis kelamin, usia, dan ras sangat menentukan interaksi terutama pada masyarakat yang sehari-harinya berada di lingkungan yang diskriminatif. Contohnya, di negara  Afrika Selatan pada era apartheid, orang kulit putih tidak mau berinteraksi dengan orang kulit hitam. Orang-orang kulit putih menganggap orang kulit hitam cenderung berperilaku criminal.


b.      Usia
            Cara seseorang berinteraksi dengan orang yang lebih tua seringkali berbeda dengan orang yang sebaya, atau dengan orang yang lebih muda.

c.       Jenis Kelamin
            Jenis kelamin juga mempengaruhi interaksi seseorang terhadap yang lainnya. Contoh, laki-laki cenderung menghindari sekelompok perempuan yang tengah membicarakan kosmetik atau model sepatu terbaru. Sebaliknya, perempuan pun cenderung menghindar dari percakapan laki-laki tentang sepak bola atau otomotif.
 
d.      Penampilan Fisik
            Selain warna kulit, usia, dan jenis kelamin, penampilan fisik juga sering menjadi sumber informasi dalam interaksi sosial. Umumnya, yang pertama kali dilihat dalam interaksi adalah penampilan fisik seseorang. Ada beberapa penelitian yang memperlihatkan bahwa orang yang berpenampilan menarik cenderung lebih mudah mendapatkan pasangan daripada orang dengan penampilan kurang menarik.

e.       Bentuk Tubuh
            Menurut penelitian Wells dan Siegal, orang cenderung menganggap bahwa terdapat kaitan antara bentuk tubuh dengan sifat seseorang. Orang yang memiliki tubuh endomorph (bulat, gemuk) di anggap memiliki sifat tenang, santai, dan pemaaf. Orang yang memiliki tubuh mesomorph (atletis, berotot) dianggap memiliki sifat dominan, yakin, dan aktif. Sementara orang yang bertubuh ectomorph (tinggi, kurus) dianggap bersifat tegang dan pemalu.

f.       Pakaian
            Sumber informasi juga dapat diperoleh dari pakaian seseorang. Seringkali seseorang yang berpakaian seperti eksekutif muda lebih dihormati di bandingkan dengan orang yang berpakaian seperti gelandangan.

g.      Wacana
            Dari pembicaraan seseorang, kita pun dapat memperoleh informasi-informasi tentang dirinya. Kadang-kadang kita mendengar seseorang berbicara bahwa ia baru saja bertemu dengan direktur sebuah perusahaan terkenal atau dengan seorang gubernur. Dari perkataan orang itu, kita bisa memperoleh informasi tentang orang itu. Dengan kata lain, kita bisa menebak status seseorang berdasarkan pembicaraannya, meskipun ada pula orang yang tidak berkata tentang dirinya.

F.  Status, Peranan, dan Hubungan Individu dalam Interaksi Sosial
1.   Status dan Peranan Individu dalam Interaksi Sosial
Status dan peranan merupakan unsur-unsur dalam struktur sosial yang mempunyai arti penting bagi sistem sosial.
        Perbedaan status mempengaruhi cara bersikap seseorang dalam berinteraksi sosial. Orang yang menduduki status tinggi mempunyai sikap yang berbeda dengan orang yang statusnya rendah. Status seseorang menentukan perannya dan peran seseorang menentukan apa yang diperbuat (perilaku).

a.      Kedudukan (Status)
            Kedudukan atau status sosial merupakan posisi seseorang secara umum dalam masyarakat dalam hubungannya dengan orang lain. Posisi seseorang menyangkut lingkungan pergaulan, prestige, hak-hak dan kewajibannya. Bahkan, seseorang bisa mempunyai beberapa kedudukan karena memiliki beberapa pola kehidupan.
            Menurut Ralph Linton, dalam kehidupan masyarakat terdapat tiga macam cara memperoleh status, yaitu :
a)      Ascribed Status merupakan status seseorang yang dicapai dengan sendirinya tanpa memperhatikan perbedaan rohaniah dan kemampuan. Status tersebut dapat diperoleh sejak lahir.
Contoh, anak yang lahir dari keluarga bangsawan, dengan sendirinya langsung memperoleh status bangsawan

b)     Achived Status merupakan status yang diperoleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Status ini tidak diperoleh atas dasar keturunan, akan tetapi tergantung pada kemampuan individu dalam mencapai tujuan-tujuannya. Jadi, status ini bersifat terbuka bagi siapa saja.
Contoh, setiap orang bisa menjadi hakim asalkan memenuhi persyaratan tertentu, seperti lulusan fakultas hokum, memiliki pengalaman kerja dalam bidang hokum, dan lulus ujian sebagai hakim.

c)      Assigned Status merupakan status yang diperoleh dari pemberian pihak lain. Status ini diberikan karena orang tersebut telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat.
Contoh, gelar pahlawan revolusi, siswa teladan, dan peraih kalpataru.

b.      Peranan Sosial
            Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan atau status. Peranan adalah perilaku yang diharapkan oleh pihak lain dalam melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan status yang dimilikinya. Status dan peranan tidak
dapat dipisahkan karena tidak ada peranan tanpa status dan tidak ada status tanpa peranan.

2.    Mengukur Hubungan Individu dalam Interaksi Sosial
      Secara sosiologis, seorang individu baru mempunyai arti jika ia selalu mengadakan kontak dengan orang lain. Dalam hubungan itu terjadi interaksi dinamis. Dengan adanya kontak, kita akan memahami keberadaan masing-masing individu termasuk diri kita sendiri. Misalnya, apakah seseorang mempunyai hubungan baik dengan keluarganya atau dengan masyarakat sekitarnya? Manakah di antara keduanya yang akrab dengan orang tersebut? Apakah keluarga atau masyarakat? Apakah orang tersebut akrab dengan kelompok primernya atau dengan kelompok sekundernya?
      Untuk mengukur akrab atau tidaknya seseorang, umumnya digunakan sosiometri. Dari sosiometri itu dapat diketahui beberapa hal berikut.
a.       Makin sering seseorang bergaul dengan orang lain, hubungannya akan semakin baik. Sebaliknya, makin sedikit ia bergaul berarti ia tidak memiliki pergaulan yang baik. Bahkan bila seseorang tidak pernah mau bergaul dengan orang lain, berarti ia terasing dalam pergaulan atau terisolir. Sering atau tidaknya seseorang bergaul disebut Frekuensi dalam pergaulan.
b.      Dari dekat tidaknya seseorang dalam pergaulan dapat diketahui intensitas pergaulannya. Makin sering seseorang bergaul dengan temannya, berarti ia makin dekat dengan temannya itu. Sebaliknya, makin jarang seseorang bergaul dengan temannya, berarti ia makin tidak dekat dengan temannya itu. Banyak sedikitnya teman bergaul seseorang di dalam masyarakat disebut popularitas. Makin seseorang banyak teman maka dikatakan ia mempunyai hubungan sosial yang baik.
c.       Dalam pergaulan, seseorang akan memilih atau menolak siapa yang akan ia jadikan teman. Tindakan ini disebut tindakan pemilihan.


G.   Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
                        Dari pembahasan sebelumnya, kita dapat menyimpulkan bahwa ada berbagai bentuk interaksi sosial. Gillin menyebutkan dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial, yaitu proses asosiatif atau bersekutu (processes of association) dan disosiatif atau memisahkan (processes of dissociation). Proses asosiatif merupakan proses menuju terbentuknya persatuan atau integrasi sosial. Proses disosiatif sering disebut juga sebagai proses oposisi (oppositional process) yang berarti cara berjuang melawan seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu.


Interaksi Sosial yang Bersifat Asosiatif
Proses asosiatif mempunyai bentuk-bentuk, antara lain :
a.      Kerja Sama (cooperation) adalah suatu usaha bersama antarindividu atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama . ada lima bentuk kerja sama, yaitu sebagai berikut.[6]
a)      Kerukunan yang mencakup gotong –royong dan tolong menolong.
b)      Bargaining
c)      Kooptasi
d)     Koalisi
e)      Joint Ventrue

b.      Akomodasi (accommodation)
            Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti, yaitu untuk manunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses.[7] Akomodasi merupakan usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan agar tercipta keseimbangan.

c.       Asimilasi (assimilation)
            Asimilasi merupakan usaha-usaha untuk mengurangi perbedaan antarindividu atau antarkelompok guna mencapai satu kesepakatan berdasarkan kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.

d.      Akulturasi (acculturation)
            Akulturasi adalah berpadunya dua kebudayaan yang berbeda dan membentuk suatu kebudayaan baru dengan tidak menghilangkan ciri kepribadian masing-masing.
              Interaksi Sosial yang Bersifat Disosiatif
  Proses disosiatif atau oposisi dibedakan ke dalam tiga bentuk
yaitu :

a.      Persaingan (competition)
Persaingan adalah perjuangan berbagai pihak untuk mencapai suatu tujuan tertentu .

b.      Kontravensi (contravention)
      Kontravensi pada hakikitnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan .

c.       Pertentangan atau Konflik (conflict)
Pertentangan atau konlflik adalah suatu perjuangan individu atau kelompok sosial untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lain .




[1] Gillin dan Gilln Cultural Sociology, a revision of An Introduction to Sociology, (New York. The Macmillan Company, 1954), hlm 489.
[2] Kingsley Devis: Human Society, (New York: The Macmillan Company, 1960), hlm 149
[3] M.J. Heerskovits membedakan socialization dengan enculturation. Socialization adalah suatu proses di mana seorang anak menyesuaikan menyesuaikan diri dengan norma-norma dalam keluarganya, sedangkan enculturation dipahamkannya sebagai suatu proses dimana orang, secara sadar maupun tidak sadar, mempelajari seluruh kebudayaan masyarakat.
[4] Emory S. Bogardus: Sociology, (New York, The Macmillan Company, 1961), hlm 253.
[5] Soerjono Soekanto.”factor-faktor Dasar Interaksi Sosial dan Kepatuhan dan Kepatuhan pada Hukum. Hukum Nasional, Nomor 25, 1974.
[6] Lihatlah James D. Thompson – William. J. McEwen: “Organization Goals and Environments: Goal Setting as an Interaction Process”, American Sosiological Review Februari 1958, vol. 23 No. 1, hlm 23_31, yang dikutip dalam Setangkai Bunga Sosiologi hlm. 235-250
[7] Kimball Young dan Raymond W. mack, op. cit., hlm 146 dan seterusnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar