BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerajaan Kalingga adalah kerajaan
bercorak Budha. Pusat pemerintahan diperkirakan di wilayah Kabupaten Jepara
saat ini. Dalam berita Cina kerajaan ini disebiut Holing. Di sana
dijelaskan bahwa pada abad ke 7 di Jawa Tengah bagian utara sudah berdiri satu kerajaan.
Rakyat dari kerajaan tersebut hidupnya makmur dari hasil bercocok tanam serta
mempunyai sumber air asin. Hidup mereka tenteram, karena tidak ada kejahatan
dan kebohongan. Ilmu perbintangan sudah dikenal dan dimanfaat dalam bercocok
tanam.
Kerajaan Kalingga memiliki pertalian
dengan Kerajaan Galuh. Putri dari Ratu Shima yang dikenal sebagai Putri Parwati
menikah dengan putra mahkota Kerajaan Galuh yang dikenal sebagai Mandi minyak, kemudian
menjadi raja kedua di Kerajaan Galuh. Setelah Maharani Shima meninggal di tahun
732 M, Sanjaya menjadi raja Kerajaan Kalingga Utara yang kemudian disebut Bumi
Mataram. Ia kemudian menjadi pemuka dari sebuah dinasti atau wangsa terkenal
sebagai Wangsa Sanjaya di Kerajaan Mataram Kuno (Hindu). Kekuasaan di Jawa Barat
diserahkannya kepada putranya dari Tejakencana, yaitu Tamperan Barmawijaya
alias Rakeyan Panaraban. Raja Sanjaya juga menikahi Sudiwara puteri Dewasinga,
Raja Kalingga Selatan atau Bumi Sambara. Ia memiliki putra yaitu Rakai
Panangkaran .
1.2 Batasan Masalah
- Apa latar belakang terbentuknya Kerjaan Kalingga?
- Kapan masa kejayaan Kerajaan Kalingga?
- Bagaiman aspek ekonomi, budaya, sosial dan politik Kerajaan Kalingga?
- Apa yang menyebabkan runtuhnya Kerajaan Kalingga?
1.3 Tujuan
Untuk memaparkan
secara sistematis tentang Kronologi Kerajaan Kalingga atau Holing di Indonesia.
Memenuhi nilai mata kuliah Sejarah Nasional Indonesia 1 dan menjelaskan tentang
Kerajaan Kalingga.
1.4 Manfaat
Agar menjadi bahan acuan bagi mahasiswa
atau mahasiswi ketika akan menuliskan sebuah karya ilmiah. Dan pembaca mampu
mengaplikasikan dalam tulisan karya ilmiah yang benar dan sistematis. Memberi
pengetahuan kepada setiap pembaca mengenai kerajaan Kalingga dan menyelseaikan
tugas dari mata kuliah Sejarah Nasional Indonesia 1.
BAB II
PEMBAHASAAN
2.1 Letak Kerjaan Holing
Pada abad ke-7 berdiri suatu kerajaan
yang bernama Kalingga / Holing. Letak kerajaan kalingga hingga kini belum dapat
di pastikan. Hal itu di sebabkan karena adanya beberapa pendapat yang yang
berbeda dalam membahas letak kerajaan tersebut, di antaranya :
a.
Menurut berita Cina yang berasal
dari Dinasti Tang menyebutkan bahwa letak kerajaan kalingga berbatasan dengan
laut sebelah selatan, Tan-Hen-La (Kamboja) di sebelah utara, Po-Li (Bali) di
sebelah timur, dan To-Po-Teng di sebelah barat. Nama lain dari Holing adalah
Cho-Po (jawa) sehingga berdasarkan berita cina tersebut dapat di simpulkan
bahwa kerajaan kalingga atau holing terletak di pulau jawa, khususnya jawa
tengah.
b.
Dalam menentukan letak kerjaan
kalingga / holing, J.L. Moens meninjau dari segi perekonomian, yaitu pelayaran
dan perdagangan. Alasannya, selat malaka merupakan selat yang sangat ramai
dalam aktivitas pelayaran perdagangan. Pendapat J.L. Moens bahwa holing berada
di tepi pantai selat malaka, di perkuat dengan di pertemukannya sebuah daerah
di Semenanjung Malaya yang bernama Keling.
2.2
Latar Belakang Kerajaan Kalingga
Sumber
sejarah kerajaan ini masih belum jelas dan kabur, kebanyakan diperoleh dari
sumber catatan China, tradisi kisah setempat, dan naskah Carita Parahyangan yang disusun berabad-abad kemudian
pada abad ke-16 menyinggung secara singkat mengenai Ratu Shima dan kaitannya
dengan Kerajaan Galuh.
a.
Kisah lokal
Terdapat
kisah yang berkembang di Jawa Tengah utara mengenai seorang Maharani legendaris
yang menjunjung tinggi prinsip keadilan dan kebenaran dengan keras tanpa
pandang bulu. Kisah legenda ini bercerita mengenai Ratu Shima yang mendidik
rakyatnya agar selalu berlaku jujur dan menindak keras kejahatan pencurian. Ia
menerapkan hukuman yang keras yaitu pemotongan tangan bagi siapa saja yang
mencuri.
Pada
suatu ketika seorang raja dari seberang lautan mendengar mengenai kemashuran
rakyat kerajaan Kalingga yang terkenal jujur dan taat hukum. Untuk mengujinya
ia meletakkan sekantung uang emas di persimpangan jalan dekat pasar. Tak ada
sorang pun rakyat Kalingga yang berani menyentuh apalagi mengambil barang yang
bukan miliknya. Hingga tiga tahun kemudian kantung itu disentuh oleh putra
mahkota dengan kakinya. Ratu Shima demi menjunjung hukum menjatuhkan hukuman
mati kepada putranya, dewan menteri memohon agar Ratu mengampuni kesalahan
putranya. Karena kaki sang pangeranlah yang menyentuh barang yang bukan miliknya,
para menteri mohon pengampunan lagi, akhirnya ratu memerintahkan agar jari-jari
kaki putra mahkota itu yang dipotong, sebagai peringatan bagi penduduk seluruh
kerajaan. Mendengar itu raja Ta-shih takut dan mengurungkan niatnya untuk
menyerang kerajaan Ratu Shima
b.
Carita Parahyangan
Berdasarkan
naskah Carita Parahyangan yang berasal dari abad ke-16, putri
Maharani Shima, Parwati, menikah dengan putera mahkota Kerajaan Galuh yang bernama Mandiminyak, yang kemudian menjadi raja kedua
dari Kerajaan Galuh. Maharani Shima memiliki cucu yang bernama Sanaha yang menikah dengan raja ketiga
dari Kerajaan Galuh, yaitu Brantasenawa. Sanaha dan Bratasenawa memiliki
anak yang bernama Sanjaya yang kelak menjadi raja Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh (723-732 M).
Setelah
Maharani Shima meninggal di tahun 732 M, Sanjaya menggantikan buyutnya dan
menjadi raja Kerajaan Kalingga Utara yang kemudian disebut Bumi
Mataram, dan
kemudian mendirikan Dinasti/Wangsa Sanjaya di Kerajaan Mataram Kuno. Kekuasaan di Jawa Barat diserahkannya kepada putranya dari Tejakencana, yaitu Tamperan Barmawijaya alias
Rakeyan Panaraban. Kemudian Raja Sanjaya menikahi Sudiwara puteri Dewasinga, Raja Kalingga Selatan atau Bumi
Sambara, dan
memiliki putra yaitu Rakai Panangkaran.
c. Berita
Cina
Berita keberadaan Ho-ling juga dapat diperoleh
dari berita yang berasal dari zaman Dinasti Tang
dan catatan I-Tsing.
·
Catatan dari zaman Dinasti Tang
Cerita Cina pada zaman Dinasti Tang (618
M – 906 M) memberikan tentang keterangan Ho-ling sebagai berikut:
a. Ho-ling
atau disebut Jawa terletak di Lautan Selatan. Di sebelah timurnya terletak
Pulau Bali dan di sebelah barat terletak Pulau Sumatera.
b. Ibukota
Ho-ling dikelilingi oleh tembok yang terbuat dari tonggak kayu.
c. Raja
tinggal di suatu bangunan besar bertingkat, beratap daun palem, dan
singgasananya terbuat dari gading.
d. Penduduk
Kerajaan Ho-ling sudah pandai membuat minuman keras dari bunga kelapa
e. Daerah
Ho-ling menghasilkan kulit penyu, emas, perak, cula badak dan gading gajah.
f. Catatan
dari berita Cina ini juga menyebutkan bahwa sejak tahun 674, rakyat
Ho-ling diperintah oleh Ratu Sima (Simo). Ia adalah seorang ratu
yang sangat adil dan bijaksana. Pada masa pemerintahannya
Kerajaan Ho-ling sangat aman dan tentram.
·
Catatan I-Tsing
Catatan I-Tsing (tahun 664/665 M)
menyebutkan bahwa pada abad ke-7 tanah
Jawa telah menjadi salah satu pusat pengetahuan agama Buddha
Hinayana.
Di Ho-ling ada pendeta Cina bernama Hwining, yang menerjemahkan salah satu kitab agama Buddha.
Ia bekerjasama dengan pendeta Jawa bernama Janabadra. Kitab terjemahan itu antara lain
memuat cerita tentang Nirwana, tetapi cerita ini berbeda dengan
cerita Nirwana dalam agama Buddha Hinayana.
2.3
Silsilah Raja Kerajaan Kalingga
Catatan
dari berita Cina ini juga menyebutkan bahwa sejak tahun 674, rakyat Ho-ling
diperintah oleh Ratu Sima (Simo) yang dikenal sebagai raja yang patuh
menjalankan hukum kerajaan; bahkan diceritakan, barang siapa yang mencuri, akan
dipotong tangannya. Pada masa pemerintahannya Kerajaan Ho-ling sangat aman dan
tentram.
Disebutkan
bahwa ratu ini seorang pemimpin yang tegas, jujur dan bijaksana, serta
melaksanakan hukum dengan tegas. Ketegasannya dalam menerapkan keadilan
ditampilkan dengan cara menguji kejujuran rakyat Kanjuruhan. Dan cara ini memperlihatkan bahwa raja dan rakyat Kalingga
merupakan negara yang taat hukum, yang dipakai sebagai pedoman hidup bagi
mereka dalam bernegara dan beragama. Dengan kepatuhan terhadap hukum, kerajaan
Kalingga mendapatkan ketentraman dan kemakmuran.
Putri
Maharani Shima, Parwati, menikah dengan putera mahkota Kerajaan Galuh yang
bernama Mandiminyak, yang kemudian menjadi raja kedua dari Kerajaan Galuh.
Maharani Shima memiliki cucu yang bernama Sanaha yang menikah dengan raja
ketiga dari Kerajaan Galuh, yaitu Brantasenawa. Sanaha dan Bratasenawa memiliki
anak yang bernama Sanjaya yang kelak menjadi raja Kerajaan Sunda dan Kerajaan
Galuh (723-732 M). Setelah Maharani Shima meninggal di tahun 732 M, Sanjaya
menggantikan buyutnya dan menjadi raja Kerajaan Kalingga Utara yang kemudian
disebut Bumi Mataram, dan kemudian mendirikan Dinasti/Wangsa Sanjaya di
Kerajaan Mataram Kuno.
Kekuasaan
di Jawa Barat diserahkannya kepada putranya dari Tejakencana, yaitu Tamperan
Barmawijaya alias Rakeyan Panaraban. Kemudian Raja Sanjaya menikahi Sudiwara
puteri Dewasinga, Raja Kalingga Selatan atau Bumi Sambara, dan memiliki putra
yaitu Rakai Panangkaran.
Daerah
wilayah kekuasaan Kerajaan Kalingga meliputi 28 wilayah. Menurut Rouffaer,
dalam menjalankan pemerintahannya raja dibantu oleh 32 orang menteri, empat
orang duduk di pusat kerajaan dan 28 orang lainnya berada di daerah-daerah.
2.4 Sumber Sejarah
Bukti
keberadaan Kerjaan Kalingga diketahui melalui adanya Prasasti
peninggalan Kerajaan Ho-ling yaitu Prasasti Tukmas.
Prasasti ini ditemukan di Desa Dakwu daerah Grobogan,
Purwodadidi
lereng Gunung Merbabudi Jawa Tengah.
Prasasti bertuliskan huruf Pallawa dan berbahasa
Sansekerta.
Prasasti menyebutkan tentang mata air yang bersih dan jernih. Sungai
yang mengalir dari sumber air tersebut disamakan dengan Sungai
Gangga
di India.
Pada prasasti itu ada gambar-gambar seperti trisula,
kendi,
kapak,
kelasangka, cakra
dan bunga teratai yang merupakan lambang keeratan
hubungan manusia
dengan dewa-dewa
Hindu.
Sementara di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, ditemukan Prasasti Sojomerto. Prasasti ini beraksara Kawi dan berbahasa Melayu Kuna dan berasal dari sekitar abad ke-7
masehi. Prasasti ini bersifat keagamaan Siwais. Isi prasasti memuat keluarga
dari tokoh utamanya, Dapunta
Selendra, yaitu
ayahnya bernama Santanu, ibunya bernama Bhadrawati, sedangkan istrinya bernama
Sampula. Prof. Drs. Boechari berpendapat bahwa tokoh yang
bernama Dapunta Selendra adalah cikal-bakal raja-raja keturunan Wangsa Sailendra yang berkuasa di Kerajaan Mataram
Hindu.
Kedua temuan prasasti ini
menunjukkan bahwa kawasan pantai utara Jawa Tengah dahulu berkembang kerajaan
yang bercorak Hindu Siwais. Catatan ini menunjukkan kemungkinan adanya hubungan
dengan Wangsa Sailendra atau kerajaan Medang yang berkembang kemudian di Jawa
Tengah Selatan.
2.5 Masa Kejayaan Kerajaan Kalingga
Pada tahun 674 Masehi, kerajaan Kalingga
diperintah oleh seorang Ratu Sima. Ratu Sima merupakan raja yang terkenal di
pemerintahan kerajaan Kalingga. Dibawah kekuasaan Ratu Sima ini, kerajaan
Kalingga mengalami masa kejayaan.
Pada saat itu, semua rakyat hidup dengan tenteram dan makmur. Mereka tunduk dan
patuh terhadap segala perintah Ratu Sima bahkan tidak ada seorang pun rakyat
atau pejabat kerajaan yang berani melanggarnya.
Pada suatu hari, ada seorang raja yang
sangat penasaran dengan kejujuran rakyat Holing. Raja itu bernama Raja Ta-shih.
Ia berkeinginan untuk menguji kejujuran rakyat Holing. Untuk membuktikannya,
raja Ta-shih mengirim utusan ke holing. Utusan tersebut diperintahkan untuk
meletakkan pundi-pundi emas secara diam-diam di tengah jalan dekat keramaian
pasar. Tetapi tidak ada seorang pun yang berani menyentuh pundi-pundi emas
tersebut hingga 3 tahun lamanya. Namun, pada suatu hari Sang Putera Mahkota
sedang berjalan-jalan melewati pasar tersebut. Ketika berjalan, kaki Putera Mahkota
tidak sengaja menyenggol pundi-pundi emas. Salah seorang warga melihat kejadian
itu dan ia melaporkan kepada pemerintah kerajaan. Laporan tersebut terdengar
oleh Ratu Sima. Maka Ratu Sima memerintahkan agar anaknya di potong kakinya
sebagai hukuman. Karena hukuman itu dirasa terlalu berat, para penasehat Ratu
memohon agar hukuman diperingan, namun Ratu berkeras. Setelah didesak, Ratu
Sima memutuskan untuk memperingan hukumannya. Kaki putra mahkota tidak jadi
dipotong tetapi hanya jari-jari kakinya saja.
2.6
Kehidupan Masyarakat Kerajaan Kalingga
- Politik
Berdasarkan berita Cina disebutkan bahwa
Kerajaan Holing diperintah oleh seorang raja putri yang bernama Ratu Sima.
Pemerintahannya berlangsung dari sekitar tahun 674 masehi. Pemerintahan Ratu
Sima sangat keras, namun adil dan bijaksana. Kepada setiap pelanggar, selalu
diberikan sangsi tegas. Rakyat tunduk dan taat terhadap segala perintah Ratu
Sima. Bahkan tidak seorang pun rakyat atau pejabat kerajaan yang berani
melanggar segala perintahnya. Diceritakan,
mengenai Ratu Shima yang mendidik rakyatnya agar selalu berlaku jujur dan
menindak keras kejahatan pencurian. Ia menerapkan hukuman yang keras yaitu
pemotongan tangan bagi siapa saja yang mencuri.
Pada
suatu ketika seorang raja dari seberang lautan mendengar mengenai kemashuran
rakyat kerajaan Kalingga yang terkenal jujur dan taat hukum. Untuk mengujinya
ia meletakkan sekantung uang emas di persimpangan jalan dekat pasar. Tak ada
sorang pun rakyat Kalingga yang berani menyentuh apalagi mengambil barang yang
bukan miliknya. Hingga tiga tahun kemudian kantung itu disentuh oleh putra
mahkota dengan kakinya. Ratu Shima demi menjunjung hukum menjatuhkan hukuman
mati kepada putranya, dewan menteri memohon agar Ratu mengampuni kesalahan
putranya. Karena kaki sang pangeranlah yang menyentuh barang yang bukan
miliknya, para menteri mohon pengampunan lagi, akhirnya ratu memerintahkan agar
jari-jari kaki putra mahkota itu yang dipotong, sebagai peringatan bagi
penduduk seluruh kerajaan. Mendengar itu raja Ta-shih takut dan mengurungkan
niatnya untuk menyerang kerajaan Ratu Shima
- Sosial
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan
Holing sudah teratur rapi. Hal ini disebabkan karena sistem pemerintahan yang
keras dari Ratu Sima. Di samping sangat adil dan bijaksana dalam memutuskan
suatu masalah. Rakyat sangat menghormati dan mentaati segala keputusan Ratu
Sima. Ratu sima tidak pernah memihak dalam sosialnya ia hanya membina dan
sebagai penguasa kerajaan. Karena sifat Ratu Sima yang sangat keras ia
langsung membanggun lembaga masyarakat yang sudah jelas fungsi dan tugasnya.
Ratu Sima mendirikan lembaga masyarakat untuk membantu dirinnya dalam mengatasi
rakyatnya. Lembaga yang sudah terbentuk sudah memberlakukan sistem
perundang-undangan. Beliau telah membuat dan menyusun perundang-undang yang
sempurna dengan dibantu lembaga masyarakat. Hadirnya sistem perundang-undangan tersebut berjalan
dengan baik .
- Ekonomi
Kehidupan
perekonomian masyarakat Kerajaan Holing berkembang pesat. Masyarakat Kerajaan
Holing telah mengenal hubungan perdagangan. Mereka menjalin hubungan
perdagangan pada suatu tempat yang disebut dengan pasar. Pada pasar itu, mereka
mengadakan hubungan perdagangan dengan teratur. Kegiatan ekonomi masyarakat
lainnya diantaranya bercocok tanam, menghasilkan kulit penyu, emas, perak, cula
badak dan gading. Di Holing ada sumber air asin yang dimanfaatkan untuk membuat
garam. Hidup rakyat Holing tenteram, karena tidak ada kejahatan dan kebohongan.
Berkat kondisi itu rakyat Ho-ling sangat memperhatikan pendidikan. Buktinya
rakyat Ho-ling sudah mengenal tulisan, selain tulisan masyarakat Ho-ling juga
telah mengenal Ilmu perbintangan dan dimanfaatkan dalam bercocok tanam. Rakyat
dari kerajaan tersebut hidupnya makmur dari hasil bercocok tanam serta
mempunyai sumber air asin. Hidup mereka tenteram, karena tidak ada kejahatan
dan kebohongan. Ilmu perbintangan sudah dikenal dan dimanfaat dalam bercocok
tanam.
Kegiatan
ekonomi Kalingga adalah perdagangan dan pelayaran karena letak kerajaan di
semenanjung melayu. Jadi perdagangan sangat lah lancar dan terkendali,
perdagangannya amat maju dan pelayaran disana sebagai alat transportasi yang
mudah juga cepat. Hal ini yang mendukung perkembangan ekonomi di kerjaan
Holing. Transportasi dan pemerintahan yang bagus itu menggaibatkan
terjadinya hubungan perdagangan antar negara lain. Hal ini membuktikan bahwa
perkembangan kerajaan holing sangat amat berkembang dengan pesat.
Holing
sendiri banyak ditemukan barang-barang yang bercirikan kebudayaan
Dong-Song dan India. Hal ini menunjukkan adanya pola jaringan yang sudah
terbentuk antar Holing dengan bangsa luar. Wilayah perdaganganya meliputi laut
China Selatan sampai pantai utara Bali. Tetapi perkembangan selanjutnya sistem
perdagangan Holing mendapat tantangan dari Sriwijaya, yang pada akhirnya
perdagangan dikuasi oleh Sriwijaya. Sehingga Sriwijaya menjadi kerajaan yang
menguasai perdagangan pada pertengahan abad ke-8.
- Agama
Kerajaan
kalingga merupakan kerajaan yang sangat terpengaruh oleh ajaran Budha. Oleh
karena itu, Holing menjadi pusat pendidikan agama Budha. Holing memiliki
seorang pendeta yang bernama Jnanabhadra. Hal itu menyebabkan masyarakat Holing
mayoritas beragama Budha.
Pada
suatu hari, seorang pendeta Budha dari Cina berkeinginan menuntut ilmu di
Holing. Pendeta itu bernama Hou-ei-Ning. Ia pergi ke Holing untuk menerjemahkan
kitab Hinayana dari bahasa sansekerta ke bahasa Cina. Salah satu sumber yang
berbicara tentang keagamaan Kerajaan Ho-ling adalah sumber Cina yang berasal
dari catatan perjalanan I-tsing, seorang pendeta agama Budha dari Cina dan
kronik Dinasti Sung. Dikatakan bahwa pada 664-667 M, pendeta Budha Cina bernama
Hwu-ning dengan pembantunya Yun-ki datang ke Ho-ling. Di sana kedua pendeta
tersebut bersama-sama dengan Joh-na po-t’o-lo menerjemahkan Kitab Budha bagian
Nirwana. Terjemahan inilah yang dibawa pulang ke Cina. Menurut I-tsing, Kitab
suci Budha yang diterjemahkan tersebut sangat berbeda dengan kitab Suci Budha
Mahayana. Menurut catatan Dinasti Sung yang memerintah setelah Dinasti T’ang,
terbukti bahwa terjemahan yang diterjemahkan Hwu-Ning dengan Yun-ki bersama
dengan Njnanabhdra itu adalah kitab Nirwana bagian akhir yang menceritakan
tentang pembakaran jenazah sang Budha, dengan sisa tulang yang tidak habis
terbakar dikumpulkan untuk dijadikan relik suci. Dengan demikian jelas bahwa
Ho-ling tidak menganut agama Budha aliran Mahayana, tetapi menganut agama Budha
Hinayana aliran Mulasarastiwada. Kronik Dinasti Sung juga menyebutkan bahwa
yang memimpin dan mentahbiskan Yun-ki menjadi pendeta Budha adalah Njnanabhadra.
- Budaya
Mayoritas
masyarakatnya memeluk agama budha begitu juga dengan kebudayaanya banyak di
pengaruhi oleh budaya india. Selain agamanya yang lekat dan kental banyak
tercampur dan terpengaruh dengan adat istiadat kebudayaan orang india hal ini
juga berpengaruh pada Ratu Sima karena menerima dengan baik kebudayaan india
masuk di kerajaan Holing.
2.4 Keruntuhan Kerajaan Kalingga
Kerajaan
Kalingga adalah kerajaan bercorak Budha. Pusat pemerintahan diperkirakan di
wilayah Kabupaten Jepara saat ini. Kerajaan ini berada di wilayah Jawa
Tengah bagian utara (sekarang Jepara). Dalam berita Cina kerajaan ini disebut
Holing. Di sana dijelaskan bahwa pada abad ke 7 di Jawa Tengah bagian utara
sudah berdiri satu kerajaan. Rakyat dari kerajaan tersebut hidupnya makmur dari
hasil bercocok tanam serta mempunyai sumber air asin. Hidup mereka tenteram,
karena tidak ada kejahatan dan kebohongan. Ilmu perbintangan sudah dikenal dan
dimanfaat dalam bercocok tanam.
Kegiatan
ekonomi Kalingga adalah perdagangan dan pelayaran karena letak kerajaan di
semenanjung melayu. Jadi perdagangan sangat lah lancar dan terkendali,
perdagangannya amat maju dan pelayaran disana sebagai alat transportasi yang
mudah juga cepat. Hal ini yang mendukung perkembangan ekonomi di kerjaan
Holing. Transportasi dan pemerintahan yang bagus itu menggakibatkan
terjadinya hubungan perdagangan antar negara lain. Hal ini membuktikan bahwa
perkembangan kerajaan holing sangat amat berkembang dengan pesat.
Holing
sendiri banyak ditemukan barang-barang yang bercirikan kebudayaan
Dong-Song dan India. Hal ini menunjukkan adanya pola jaringan yang sudah
terbentuk antar Holing dengan bangsa luar. Wilayah perdaganganya meliputi laut
China Selatan sampai pantai utara Bali. Tetapi perkembangan selanjutnya sistem
perdagangan Holing mendapat tantangan dari Sriwijaya, yang pada akhirnya
perdagangan dikuasi oleh Sriwijaya. Sehingga Sriwijaya menjadi kerajaan yang
menguasai perdagangan pada pertengahan abad ke-8. Pada tahun 752, kerajaan
Ho-ling menjadi taklukan kerajaan Sriwijaya dikarenakan kerajaan ini menjadi
bagian jaringan perdagangan Hindu, bersama Malayu dan Tarumanegara yang
sebelumnya telah ditaklukkan Sriwijaya. Ketiga kerajaan tersebut menjadi
pesaing kuat jaringan perdagangan Sriwijaya-Buddha.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dalam
berita Cina kerajaan ini disebiut Holing. Di sana dijelaskan bahwa
pada abad ke 7 di Jawa Tengah bagian utara sudah berdiri satu kerajaan. Rakyat
dari kerajaan tersebut hidupnya makmur dari hasil bercocok tanam serta
mempunyai sumber air asin. Hidup mereka tenteram, karena tidak ada kejahatan dan
kebohongan. Ilmu perbintangan sudah dikenal dan dimanfaat dalam bercocok tanam.
Kronik Dinasti Tang memberitakan bahwa
daerah yang disebut Ho-ling menghasilkan kulit penyu, emas, perak, cula badak,
dan gading gajah. Penduduk membuat benteng-benteng dari kayu dan rumah mereka
beratap daun kelapa. Mereka sudah pandai membuat minuman dari air bunga kelapa
(mungkin tuak). Bila makan mereka tidak menggunakan sendok atau sumpit,
melainkan menggunakan tangan. Ada sebuah gua yang selalu mengeluarkan air garam
yang disebut sebagai bledug. Penduduk menghasilkan garam dengan memanfaatkan
sumber air garam yang disebut sebagai bledug tersebut.
Keberadaan kerajaan Kalingga tentunya
tidak akan terlepas dari keberadaan Ratu Shima, yang memerintah sekitar tahun
674 M. Dalam memerintah Ratu Sima digambarkan sebagai pemimpin yang “keras”
demi menjalankan hukum kerajaan. Kerajaannya dikelilingi oleh pagar kayu.
Tempat tinggal raja berupa rumah tingkat yang beratap, tempat duduk raja berupa
paterana gading.
3.2
Saran
Dalam pembuatan
makalah ini mungkin masih terdapat beberapa kesalahan baik dari isi dan cara
penulisan. Untuk itu kami sebagai penulis mohon maaf apabila pembaca tidak
merasa puas dengan hasil yang kami sajikan, dan kritik beserta saran juga kami
harapkan agar dapat menambah wawasan untuk memperbaiki penulisan makalah kami
terimakasih tulisannya:) sangat membantu. izin copas yaa, sudah dicantumkan kok sumbernya.
BalasHapusterimakasih :)
BalasHapusMakasih kk
BalasHapusBaguss kak blognya saya suka
BalasHapus