BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perencanaan
pembangunan ekonomi adalah awal dari membangun ekonomi menjadi lebih baik dari
sebelumnya, hasil kerjasama seluruh rakyat Indonesia untuk mensejahterakan
seluruh rakyat Indonesia, membenahi Indonesia dari berbagai bidang.
Dalam hal
ini membenahi pembangunan ekonomi menjadi yang lebih baik lagi dari tahun
sebelumnya, dalam pembangunan ekonomi itu sendiri banyak yang harus difikirkan
terlebih dahulu dan memerlukan biaya yang cukup besar dalam pembangunan. Kita
ketahui utang negara sendiri sudah cukup besar dan dalam pembangunan
membutuhkan biaya yang besar pula. Pemerintah memiliki perencanaan yang lebih
dari satu. Tidak hanya ada satu perencanaan pembangunan di Indonesia tetapi
banyak perencanaan pembangunan untuk menjadikan Indonesia lebih baik lagi dari
sebelumnya Maka dari itu pembangunan Indonesia harus bertahap dan tidak
mengeluarkan biaya yang sangat besar dalam pembangunan dan sangat diperhatikan
dalam perencanaan pembangunan.
Dalam
pembangunan ekonomi harus terlebih dahulu ada perencanaannya agar mengetahui
seberapa besar biaya yang dikeluarkan pemerintah dalam pembangunan. Tetapi,
tidak hanya pemerintah pusat yang melakukan perencanaan pembangunan, pemerintah
daerah harus punya peranan juga dalam perencanaan pembangunan ekonomi di
Indonesia. Agar pembangunan ekonomi merata sampai ke daerah dan menjadikan
Indonesia sebagai negara yang baik dalam pembangunan. Tidak hanya negara maju
dan berkembang yang dapat melakukan pembangunan tetapi indonesia dapat melakukan
pembangunan negaranya sendiri walaupun dengan perlahan-lahan. Karena tidak
dapat cepat dalam membangun indonesia, banyak yang harus diperhatikan,
banyak pihak yang dilibatkan dalam hal ini dan memerlukan biaya yang cukup
besar dalam pembangunan ekonomi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
itu Perencanaan Pembangunan Ekonomi?
2. Apa
saja Model-Model Perencanaan Pembangunan?
3. Bagaimana
Model-Model Perencanaan Pembangunan Negara-Negara di Dunia?
4. Bagaimana
Membandingkan Model-Model Perencanaan Pembangunan Negara-Negara di Dunia?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk
mengetahui apa itu perencanaan pembangunan ekonomi.
2. Untuk
mengetahui apa saja model-model perencanaan pembangunan.
3. Untuk
mengetahui bagaimana model-model perencanaan pembangunan negara-negara di
dunia.
4. Untuk
mengetahui perbandingan model-model perencanaan pembangunan negara-negara di
dunia.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar penulis dan
pembaca lebih memahami akan perencanaan pembangunan ekonomi,
mengetahui apa saja model-model perencanaan pembangunan, mengetahui bagaimana
model-model perencanaan pembangunan negara-negara di dunia, dan membandingan
model-model perencanaan pembangunan negara-negara di dunia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Perencanaan Pembangunan Ekonomi
Istilah
Perencanaan memiliki pengertian yang berbeda-beda dari para ahli. Banyak
dokumen perencanaan nasional atau pernyataan dari para pemimpin politik yang
memperkenalkan pengertian mereka sendiri. Para pakar ekonomi pun belum ada
kesepakatan tentang pengertian istilah perencanaan pembangunan ekonomi
tersebut. Menurut Conyers dan Hills (1994), Perencanaan sebagai suatu proses
yang bersinambung yang mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan
berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu pada masa yang akan datang. Sedangkan Arsyad (2002), menyatakan ada 4
(empat) elemen dasar perencanaan yakni:
1. Merencanakan
berarti memilih
2. Perencanaan
merupakan alat pengalokasian sumber daya
3. Perencanaan
merupakan alat untuk mencapai tujuan
4. Perencanaan
untuk masa depan.
Walaupun
belum ada kesepakatan yang di antara pakar ekonom berkenaan dengan istilah
perencanaan ekonomi, dapat di ambil inti dari istilah perencanaan ekonomi
mengandung arti pengendalian dan Pengaturan suatu perekonomian untuk mencapai
sasaran dan tujuan tertentu dalam jangka waktu tertentu pula.
Perencanaan
Pembangunan Ekonomi adalah suatu proses yang bersinambung yang mencakup
keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumber
daya dalam mengendalikan suatu perekonomian untuk mencapai sasaran dan tujuan
tertentu dalam jangka waktu agar mencapai tujuan-tujuan pada masa yang akan
datang.
Pembangunan pada hakekatnya adalah upaya mewujudkan masyarakat yang adil
dan makmur yang menjadi cita-cita bangsa Indonesia. Pembangunan juga dipandang
sebagai peningkatan pertumbuhan ekonomi disertai keadilan sosial secara sadar.
Pembangunan (development) secara
umum menganut tiga paradigma, yaitu pertumbuhan (growth), perbaikan (improvement),
dan perubahan (change).
Sebagai suatu proses, maka pembangunan masyarakat tidak terlepas dari aspek
manajemen yang menanganinya. Dalam suatu
proses manajemen yang umum akan meliputi aspek perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating), dan
pengawasan (controlling).
Perencanaan (planning) ditinjau dari segi sistem menurut Chadwick
(1978) merupakan suatu proses yang bertingkat yang dapat mengontrol suatu
susunan kegiatan dimana urutan proses
pekerjaan harus dilakukan.
Roberts et al (1984) dalam bukunya Planning and Ecology,
mendefinisikan planning sebagai suatu aktivitas yang berkaitan dengan
alokasi atau eksploitasi yang rasional dari sumber-sumber daya untuk
kemaslahatan manusia baik jangka pendek maupun jangka panjang. Perencanaan pembangunan juga tidak bisa dilepaskan dari konsep hubungan
antara sistem social (social system) dan lingkungan alam atau sistem
ekologi (ecological systems).
Perencanaan pembangunan dari perspektif lingkungan menurut Eagles (1984)
memiliki dua komponen yaitu : (1). sekumpulan alasan yang melihat tujuan
perencanaan dari segi ekologi dan pembangunan manusia; (2). seperangkat
kriteria sebagai acuan dalam menilai pembangunan dari aspek etika ekologi dan
etika social.
Adapun ciri
dari suatu perencanaan pembangunan ekonomi yaitu:
1.
Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk mencapai
perkembangan sosial ekonomi yang mantap (steady social economic growth).
Hal ini dicerminkan dalam usaha pertumbuhan ekonomi yang positif.
2.
Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk
meningkatkan pendapatan per kapita.
3.
Usaha untuk mengadakan perubahan struktur ekonomi.
4.
Usaha perluasan kesempatan kerja.
5.
Usaha pemerataan pembangunan sering disebut sebagai distributive
justice
6.
Usaha pembinaan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat
yang lebih menunjang kegiatan-kegiatan pembangunan.
Unsur-unsur pokok perencanaan pembangunan ekonomi
yaitu :
1.
Kebijaksanaan dasar atau strategi dasar rencana
pembangunan.
2.
Adanya kerangka rencana makro.
3.
Perkiraan sumberdaya-sumberdaya bagi pembangunan
khusunya sumber-sumber pembiayaan pembangunan.
4.
Uraian tentang kerangka kebijaksanaan yang konsisten
seperti misalnya kebijaksanaan fiskal, penganggaran, moneter, harga serta
kebijaksanaan sektoral lainnya.
5.
Perencanaan pembangunan adalah program investasi yang
dilakukan secara sektoral. Penyusunan program investasi secara sektoral ini
dilakukan bersama-sama dengan penyusunan rencana-rencana sasaran.
Menurut
Jhingan (1983) syarat-syarat keberhasilan suatu perencanaan memerlukan adanya
hal-hal berikut ini :
1. Komisi
Perencanaan
Pembentukan suatu komisi (badan atau
lembaga) perencanaan yang harus diorganisir secara tepat yang dibagi dalam
bagian-bagian dan subbagian yang dikoordinir oleh para pakar, seperti pakar
ekonomi, statistik, teknik serta pakar lain yang berkenaan dengan masalah
perekonomian.
2. Data
Statistik
Adanya analisis yang menyeluruh
tentang potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara beserta segala
kekurangannya. Analisis seperti ini penting untuk mengumpulkan informasi dan
data statistik serta sumberdaya-sumberdaya potensial lain seperti sumber daya
alam, sumber daya manusia dan modal yang tersedia di negara tersebut.
3. Tujuan
Suatu perencanaan dapat menetapkan
tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Berbagai sasaran dan tujuan yang ingin
dicapai tersebut hendaknya realistis dan disesuaikan dengan kondisi
perekonomian negara yang bersangkutan.
4. Penetapan
Sasaran dan Prioritas
Penetapan sasaran dan prioritas
perencanaan dibuat secara makro dan sektoral. Sasaran secara makro dirumuskan
secara tegas serta mencakup setiap aspek perekonomian dan dapat
dikuantifikasikan. Untuk sasaran sektoral harus disesuaikan dengan sasaran
makronya, sehingga ada keserasian dalam pencapaian tujuan.
5. Mobilisasi
Sumberdaya
Dalam perencanaan ditetapkan adanya
pembiayaan oleh pemerintah sebagai dasar mobilisasi sumberdaya yang tersedia.
Sumber pembiayaan ini bisa berasal dari sumber luar negeri dan dalam negeri (domestik).
6. Keseimbangan
dalam Perencanaan
Suatu perencanaan hendaknya mampu
menjamin keseimbangan dalam perekonomian, untuk menghindarkan kelangkaan maupun
surplus pada periode perencanaan.
Adapun
tujuan dari Perencanaan Pembangunan Ekonomi adalah sebagai berikut :
1.
Mengarahan kegiatan, pedoman kegiatan
kepada pencapain tujuan pembangunan
2.
Memperbaiki penggunaan sumberdaya publik yang
tersedia.
3.
Memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam menciptakan
nilai sumber2 daya swasta secara bertanggung jawab demi kepentingan pembangunan
masyarakat secara menyeluruh.
4.
Terdapat perkiraan potensi, prospek
perkembangan, hambatan & risiko masa yang akan datang.
5.
Memberi kesempatan mengadakan pilihan terbaik.
6.
Dilakukan penyusunan skala prioritas dari segi
pentingnya tujuan.
7.
Sebagai alat mengukur / standar terhadap
pengawasan evaluasi.
B.
Model-Model
Perencanaan Pembangunan
Menurut Todaro (1986) dalam buku Perencanaan Pembangunan
: Model dan Metode, perencanaan (pembangunan) ekonomi merupakan usaha secara
sadar dari suatu organisasi pusat untuk mempengaruhi, mengarahkan, serta dalam
beberapa hal, bahkan mengendalikan perubahan dalam variable-variabel ekonomi
yang utama (misalnya : PDB, konsumsi, investasi, tabungan dll.).
Model pembangunan ekonomi merupakan seperangkat hubungan terorganisasi yang
memerikan berfungsinya suatu kesatuan perekonomian (rumah tangga, individu,
nasional dan internasional) dengan seperangkat asumsi-asumsi yang
disederhanakan.
Pemilihan model akan sangat tergantung kepada kematangan perekonomian yang
ada, bagaimana struktur kelembagaan ekonomi dan peranan sektor swasta vs sektor
pemerintah dalam pembangunan, ketersediaan data dan informasi, dan
kendala-kendala operatisional tertentu (misalnya kelangkaan modal, devisa, dan
lain lain).
Model-model perencanaan
pembangunan antaralain:
1. Model
Agregat
Tipe model
perencanaan yang paling sederhana adalah model agregat yang berhubungan dengan perekonomian secara
keseluruhan dan menyangkut komponen-komponen agregat seperti konsumsi,
produksi, investasi, tabungan , ekspor, impor, dan lain lain. Model ini biasanya digunakan untuk menentukan
laju pertumbuhan PDB dengan asumsi yang disederhanakan. Model perencanaan pertama dan pemula yang digunakan hampir semua oleh
negara berkembang adalah model pertumbuhan agregat. (aggregate growth model).
Model ini mengulas perekonomian secara keseluruhan dengan menggunakan
variabel-veriabel makroekonomi yang dinilai paling mempengaruh tingkatan dan
laju pertumbuhan output nasional, yaitu tabungan, investasi, cadangan modal,
nilai ekspor, impor, bantuan luar negeri, dan sebagainya. Model pertumbuhan agregat ini merupakan model yang cocok untuk meramalkan pertumbuhan output
(dan mungkin juga ketenagakerjaan) dalam kurun waktu antara tiga sampai dengan
lima tahun.
2.
Model
Input-Output dan Proyeksi Sektoral: Gagasan Dasar
Pendekatan lain yang jauh lebih canggih terhadap perencanaan pembangunan
menggunaka beberapa varian model-antar industri (inter-industry model) atau
model input-output (input-output model). Pendekatan ini memperhitungkan
kenyataan bahwa kegiatan ekonomi dalam sektor-sektor industri yang utama
senantiasa saling berhubungan satu sama lain dalam suatu bentuk himpunan
persamaan aljabar yang simultan yang pada akhirnya akan menunjukan proses
produksi atau teknologi yang digunakan dalam masing-masing sektor industri.
Semua industri selain dianggap selain sebagai produsen output tertentu juga sebagai konsumen atau pihak yang
menggunakan output dari industri yang lain sebagai input-inputnya. Sebagai
contoh adalah sektor pertanian. Selain sebagai produsen output tertentu
(misalnya gandum) sektor ini juga menggunakan input-input yang merupakan
output-output , katakalah sektor industri mesin dan sektor industri pupuk.
3.
Penilaian
Proyek dan Analisis Manfaat Biaya Sosial
Meskipun lembaga perencanaan di negara-negara berkembang pada umumnya menggunakan output-input
sektoral yang telah disederhanakan, namun dalam kegiatan operasional
sehari-harinya mereka lebih memperhatikan alokasi dana investasi pemerintah
yang selalu terbatas berdasarkan teknik analisis makroekonomi yang dikenal
dengan nama penilaian proyek (project appraisal). Namun hendaknya hubungan
intelektual dan operasional antara tiga teknik perencanaa yang penting tersebut
tidak diabaikan. Model pertumbuhan makro
menyusun strategi yang luas, yang bila disertai dengan analisis output-input,
akan pelaksanaan upaya pemenuhan target sektoral domestik secara konsisten,
sedangkan penilaian proyek khusus dirancang untuk mennjamin terciptanya
perencanaan proyek yang efisien unutk masing-masing sektor. Hubungan timbal balik
antara ketiga tahap perencanaan tersebut akan sangat banyak menentukan
keberhasilan pelaksanaan perencanaan pembangunan tersebut.
Sistem Perencanaan Pembangunan di Indonesia
Perencanaan pembangunan nasional dari perspektif “top down” atau “central
approach” bisa dideskripsikan
sebagai berikut (LAN, 1993 dalam buku Sistem Administrasi Negara Republik
Indonesia) :
1.
Rencana Jangka Panjang
Perencanaan jangka
panjang dalam pembangunan nasional sebelum era reformasi dituangkan dalam
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang merupakan Ketetapan MPR.
2.
Rencana Jangka Menengah
Pada Pola Umum Pelita digariskan tujuan, prioritas dan
arah kebijaksanaan pembangunan secara umum dan dalam bidang-bidang serta
sektor-sektor.
3.
Rencana Pembangunan Daerah
Dari rencana jangka menengah (Repelita) diadakan
pembagian kedalam sektor-sektor pembangunan, maupun kedalam rencana pembangunan
wilayah-wilayah / propinsi.
4.
Rencana Pembangunan Tahunan
Perencanaan pembangunan tahunan tercermin dalam APBN
(Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara).
Perencanaan tahunan merupakan penjabaran dari Repelita.
C.
Model-Model
Perencanaan Pembangunan Negara-Negara di Dunia
Prinsip
dalam perencanan program sangat tergantung pada asumsi dan tujuan dari
perencanaan sosial itu sendiri. Asumsi tujuan perencanaan tidak ada yang
seragam, melainkan tergantung pada model perencanaan yang dipilih. Oleh karena
itu untuk memahami prinsip-prinsip dalam perencanaan sosial dapat dilakukan
melalui penelaahan terhadap model-model perencanan sosial. Setidaknya ada empat
model perencanaan sosial yang memuat prinsip-prinsip perencanaan secara
tersendiri. (Gilbert dan Specht, 1997, dalam Suharto, membangun masyarakat
memberdayakan rakyat, 2009:73)
1. Model
Rasional Komprehensip
Model tersebut
merupakan model yang paling terkenal dan luas diterima oleh para pembuat
keputusan. Prinsip utama dalam model ini adalah bahwa perencanaan merupakaan
suatu proses yang teratur dan logis. Model ini sangat menekankan pada aspek
teknis metodologis yang didasrakan pada fakta-fakta, teori-teori dan
nilai-nilai tertentu
yang relevan. Dalam moel ini masalah yang ditentukan harus didiagnosis,
ditentukan pemecahannya melalui perencanaan program yang komprehensif, kemudian
diuji efektifitasnya sehingga diperoleh cara pemecahan masalah dan pencapaian
tujuan yang paling baik.
Namun demikian, berbagai ahli menunjukan beberapa
kelemahan yang melekat pada model ini (Winarto, 2002, dalam suharto):
a.
Karena masalah dan alternatif yang diusulkan oleh model
ini bersifat kompehensif, luas dan mencakup berbagai sektor pembangunan,
program yang diusulkan oleh para pembuat keputusan serinkali tidak mampu
merespon masalah yang spesifik dan kongkrit.
b.
Seringkali tidak realistis, karena informasi mengenai
masalah-masalah yang dikaji dan alternatif-alternatif yang diajukan seringkali
menghadapi hambatan, misalnya dalam hal waktu dan biaya.
c.
Para pembuat keputusan biasanya berhadapan dengan situasi
konflik antar berbagai kelompok kepentingan.
2.
Model Inkremental
Kekurangan
dalam model rasional komprehensif melahirkan inkremental atau model penambahan
(Incremental). Prinsip utama model
ini mensyaratkan bahwa perubahan-perubahan yang diharapkan dari perencanaan
tidak bersifat radikal, melainkan hanya perubahan-perubahan kecil saja atau
penambahan-penambahan pada aspek-aspek program yang sudah ada. Prinsip ini
berbeda dengan model pertama yang menekankan perubahan-perubahan fundamental.
Model ini menyarankan bahwa perencanaan tidak perlu menentukan tujuan-tujuan
dan kemudian menetapkan kebijakan-kebijakan untuk mencapainya. Yang diperlukan
adalah menentukan kebijakan yang berada secara marginal saja.
3.
Model Pengamatan Terpadu
Model
pengamatan terpadu atau penyelidikan campuran (mixeds canning model). Model ini merupakan jalan tengah dari model yang
pertama dan kedua yang memadukan unsur-unsur yang terdapat pada kedua
pendekatan di atas, yakni menenai keputusan fundamental dan inkremental.
Keputusan yang fundamental dilakukan dengan menjajagi alternatif-alternatif
utama di hubungkan dengan tujuan. Tetapi tidak seperti pendekana rasional,
hal-hal yang detail dan pesifikasi diabaikan sehingga pandangan yang menyeluruh
dapat diperoleh. Sementara itu, keputusan-keputusan yang bersifat tambahan atau
inkremental dibuat didalam konteks yang ditentukan oleh keputusan-keputusan
fundamental. Dengan demikian, masing-masing unsur dapat mengurangi
kekurangan-kekurangan yang terdapat pada unsur lainnya.
4.
Model Transaksi
Prinsip utama
model ini menekankan bahwa perencanaan melibatkan proses interaksi dan
komunikasi antara perencana dan para penerima palayanan. Oleh karena itu, model
ini menyarankan bahwa perencanaan harus dapat menutup jurang komunikasi antar
perencana dan penerima pelayanan yang membuat program-program. Caranya: dapat
dilakukan dengan mendengarkan transaksi yang bersifat pribadi, baik lisan
maupun tulisan secara terus menerus di antara mereka yang terlibat.
Perancanan sosial disini
menunjuk pada proses pragmatis untuk menentukan keputusan dan menentukan
tindakan dalam memecahkan masalah sosial tertentu seperti kemiskinan,
pengangguran, kenakalan remaja, kebodohan (buta huruf), kesehatan masyarakat
yang buruk (rendahnya usia harapan hidup), tingginya tingkat kematian bayi,
kekurangan gizi, dan lain-lain.
D. Membandingkan Model-Model
Perencanaan Pembangunan Negara-Negara di Dunia
1.
Model dan Strategi
Pengembangan Perencanaan di Negara Maju
Apabila kita
cermati ciri-ciri Negara maju pada umumnya menerapkan sistem ekonomi terbuka.
Inilah salah satu strategi yang dikembangkan untuk mendongkrak perekonomian
negara tersebut. Lalu, bagaimana strategi dan model pengembangan di sektor
lain?
a. Sistem Ekonomi
Sejarah
telah mencatat hancurnya ekonomi beberapa Negara Eropa Timur mengakibatkan
banyak negara lainnya di Eropa Timur beralih pada sistem ekonomi terbuka.
Apakah keistimewaan dari sistem ekonomi ini hingga menyebabkan banyak negara
beralih menganutnya? Dalam sistem ekonomi ini setiap individu atau kelompok bebas
berusaha maupun memiliki barang dan alat-alat produksi. Setiap orang juga
diberikan kebebasan memiliki barang dan jasa. Hal ini berarti negara ini
terbuka dan berinteraksi serta menjalin kerja sama dengan negara lain
berdasarkan prinsip laba.
Investasi
modal asing pun bisa masuk ke negara ini. Oleh karena adanya keterbukaan ini
mendorong terjadinya persaingan, yang dapat memberikan dorongan untuk
meningkatkan mutu produk dalam negeri agar mampu bersaing. Hal ini tidak hanya
berlaku bagi produk-produk yang dihasilkan, namun juga pada tenaga kerja.
Tenaga kerja dituntut untuk selalu meningkatkan kualitas diri. Sistem ekonomi
ini juga memberikan dampak buruk, apabila tidak disertai dengan pengaturan
hukum yang baik dan pengawasan pemerintah.
Dampak
buruk yang nyata adalah terjadinya penindasan dan monopoli. Namun, apabila kita
perhatikan di negara maju, pelaksanaan sistem ekonomi ini berjalan cukup baik,
karena berlakunya hukum dengan tertib. Di negara maju seperti Amerika Serikat,
yang dikategorikan sebagai penganut sistem ekonomi terbuka, ternyata sistem ini
tidak diterapkan seratus persen. Masih ada campur tangan pemerintah seperti
perencanaan ekonomi oleh pemerintah untuk membuat jalan, jembatan, serta taman
kota yang disediakan pemerintah. Bahkan, pemerintah memberikan pendidikan
gratis sampai tingkat sekolah menengah.
b. Model
Pengembangan Wilayah
Model
pengembangan wilayah negara maju bermula pada tahun 1920, dengan tujuan
mengawali pertumbuhan kawasan metropolitan dan sebagai satu rangkaian
desentralisasi yang bertujuan mengatasi masalah kemunduran ekonomi sebagian
kawasan. Tumbuhnya suatu kawasan menjadi kawasan metropolitan mengakibatkan
majunya suatu kawasan, tetapi menyebabkan wilayah lain menjadi tertinggal.
Oleh
karena itu, sejak tahun 1950, objek dan juga strategi pembangunan di negara
maju, terutama negara Kesatuan Ekonomi Eropa telah banyak berubah. Model
pembangunan wilayah seolah-olah berkaitan erat dengan prestasi ekonomi suatu
negara. Pembangunan dianggap baik ketika ekonomi berkembang pesat, tetapi akan
diragukan peranannya ketika suasana pertumbuhan ekonomi lesu. Keraguan akan
pengembangan kawasan metropolitan muncul setelah kawasan lain menjadi
tertinggal.
Sejarah
pembangunan wilayah dari setiap negara berbeda-beda tetapi sebagian besar
memulainya setelah Perang Dunia II. Era pembinaan lebih ditekankan pada
pemerataan pada tingkat wilayah. Di Inggris, keadaan sedikit berbeda.
Pembangunan pelabuhan dan wilayah sudah diterapkan selepas Perang Dunia I.
Kemunduran
ekonomi pada tahun 1930 dan tingkat kemiskinan yang begitu tinggi di kota besar
merupakan hambatan bagi pelaksanaan pengembangan wilayah. Pada zaman di antara
Perang Dunia I dan Perang Dunia II, pelaksanaan pengembangan wilayah telah
dimantapkan lagi. Setelah Perang Dunia II, terutama di kawasan yang dahulu
terdapat pemusatan industri berat pemantapan menjadi kentara sekali. Masalah
ini kemudian ditangani dengan program pemindahan penduduk ke kawasan yang lebih
menawarkan peluang kerja.
Cara
ini tidak memberi hasil yang memuaskan. Sejak saat itu untuk mengurangi kadar
pengangguran dan untuk pemerataan, mulai diterapkan peningkatan ekonomi di
wilayah-wilayah terpencil. Nah, model pengembangan seperti ini, sekarang mulai
diterapkan di negara berkembang.
Di
negara Eropa yang lain, pengembangan suatu wilayah juga bertujuan untuk
menyelamatkan kawasan tertentu, seperti kawasan kecil yang tertinggal tidak
hanya secara ekonomi tetapi juga sosial. Penggemblengan usaha di
kawasan-kawasan baru tersebut ditingkatkan agar dapat memberikan manfaat yang
paling optimal dengan penggunaan sumber daya yang minimum.
Penerapan
pengembangan wilayah seperti ini, telah lebih dahulu diterapkan di
negara-negara maju. Cara-cara ini, baru ditiru di negara-negara berkembang.
Nah, model pengembangan seperti ini mengacu pada teori kutub pertumbuhan yang
dikemukakan oleh Perroux. Pada perkembangannya, cara yang ditempuh ini
mengalami kendala, yaitu masalah pengangguran pada wilayahwilayah tertentu dan
kurang adanya pemerataan.
Dengan
latar belakang yang demikian, negara-negara maju mencari strategi baru untuk
memecahkan masalah ini. Akhirnya, negara-negara maju mulai membentuk lembaga
untuk mengkaji dan menilai semua perencanaan wilayah yang mengarah pada tujuan
yang akan dicapai di masa datang. Lembaga tersebut kemudian menemukan masalah
yang mendasari kondisi ini, yaitu dinamika perubahan ruang ekonomi dan ketidaksamaan
dalam taraf kesejahteraan.
Kedua
hal ini terutama terjadi di wilayah pinggiran. Oleh karenaitu, kemudian
diterapkan pembangunan pribumi yang didasarkan pada potensi yang dimiliki oleh
wilayah-wilayah setempat. Ini berarti, potensi-potensi yang ada menjadi dasar
prioritas pengembangan. Strategi kewilayahan inilah yang kemudian banyak
dikembangkan oleh negara-negara maju.
2. Model dan Strategi Pengembangan Wilayah di Negara Berkembanng
Menurut
Estes (1998), berdasarkan pembangunan sosial, negaranegara berkembang dibedakan
menjadi dua, yaitu negara berkembang menengah (Middle Perfoming Countries)
dan negara berkembang terbelakang (Socially Least Developing Countries).
Negara-negara yang masuk kategori negara berkembang
menengah menyebar di seluruh wilayah geografis: Asia (36 negara), Amerika Latin
(22), Afrika (10), dan Oceania (1). Sebagian besar negara-negara ini telah
memiliki apa yang disebut ”social ingredients” yang diperlukan
untuk mencapai kondisi sosial dan ekonomi maju, seperti stabilitas politik,
dinamika ekonomi, akses ke sumber daya alam (khususnya energi), kualitas
kesehatan, pendidikan, dan sistem jaminan sosial.
GNP per kapita di negara berkembang menengah juga
relatif tinggi, sekitar US$ 4,910 dengan pertumbuhan 2,3% per tahun dan laju
inflasi 7% per tahun. Tingkat pengangguran relatif rendah, sekitar 13,1% dari
jumlah angkatan kerja. Namun demikian, beberapa negara masih memiliki kondisi
sosial ekonomi yang rentan, seperti pemerintahan korup, jumlah dan pertumbuhan
penduduk tinggi, tingginya pengangguran serta meluasnya kemiskinan.
Negara yang termasuk kategori negara berkembang
terbelakang berjumlah 38. Sebagian besar berada di Afrika (29 negara), 7 negara
di Asia, 1 negara di Amerika, dan 1 negara di Pasifik Selatan. Terbelakangnya pembangunan
sosial di negara ini terlihat dari rendahnya kualitas hidup, seperti rendahnya
usia harapan hidup (51 tahun), tingginya kematian bayi (110/1.000) dan anak
(177/1.000). Tingginya kematian bayi dan anak merupakan yang tertinggi di dunia
yang diakibatkan oleh infeksi dan penyakit menular. Nah, dalam materi ini kedua
Negara berkembang tersebut akan kita samakan karena mempunyai ciri-ciri umum
yang hampir sama.
a.
Bidang Ekonomi
Sistem
perekonomian di negara-negara berkembang masih beragam. Negara-negara ASEAN
yang kebanyakan anggotanya adalah negara berkembang saat ini juga menjalankan
perekonomiannya berdasarkan sistem ekonomi terbuka. Bahkan, negara yang dahulu
menganut ekonomi tertutup seperti Vietnam, Laos, Kampuchea, dan Myanmar telah menjalankan
ekonominya dengan sistem terbuka.
Mengapa
kondisi ekonomi negara-negara ini tidak seperti negara-negara maju? Banyak hal
yang bisa menjawabnya, tetapi hal yang paling membedakan dalam pelaksanaan
sistem ekonomi terbuka di negara maju dan negara berkembang adalah telah adanya
dukungan dari suatu sistem hukum. Di antaranya adalah munculnya hukum
persaingan usaha dan lembaga antimonopoly sebagai pengawas pelaksana hukum
persaingan tersebut di tingkat regional. Sistem ini mendukung persaingan yang sehat
dan kondusif. Negara-negara Uni Eropa dan Amerika Serikat telah mempunyai hukum
persaingan usaha dan antimonopoli. Di negaranegara ASEAN, baru Indonesia dan
Thailand yang mempunyai hukum persaingan usaha.
Kendala
pelaksanaan sistem ekonomi terbuka di Negara berkembang adalah lemahnya
penegakan hukum. Meskipun telah ada berbagai hukum yang mengatur hal-hal
tentang perekonomian, namun pelanggaran-pelanggaran masih sering terjadi. Jenis
pelanggaran ini sering dilakukan tidak hanya oleh masyarakat umum tetapi juga
pemerintah.
b.
Pengembangan Wilayah
Suasana
ekonomi dunia saat ini berbeda dengan beberapa dekade yang lalu. Pada tahun
1950 yang merupakan masa prapembangunan dan pembinaan awal selepas Perang Dunia
II, kebanyakan negara mengalami pertumbuhan yang pesat. Iklim ekonomi yang
begitu baik telah membuka perdagangan antarnegara.
Sejak
itulah pengembangan wilayah di negara berkembang dimulai. Implikasi perubahan
ekonomi global terhadap negara- negara berkembang dapat dilihat dari tiga aspek
yaitu: ketergantungan negara kepada pasaran dunia dari segi komoditas utama,
permintaan negara-negara industri terhadap barang dan modal.
Pada
tahun 1960-an, negara-negara berkembang memulai perkembangannya dengan mengacu
pada model pertumbuhan bertumpu pada hasil ekspor. Sehingga wilayah-wilayah
dengan kemampuan ekspor menjadi wilayah yang maju. Pengembangan yang demikian
menemui kendala ketika ekspor bahan-bahan mentah andalan mengalami penurunan
harga. Akibatnya, negaranegara berkembang yang perekonomiannya sangat bergantung
pada ekspor bahan mentah ini mengalami kemunduran.
Banyak
negara berkembang kemudian mengubah strategi pembangunan dengan mulai
mengembangkan aktivitas produksi barang-barang sekunder dan tersier. Jika tidak
mereka akan sangat terpukul bahkan bisa hancur dengan merosotnya harga-harga
komoditas meskipun dengan strategi diversifikasi ekspor sekalipun. Sejak saat
itu, sector industri di negara berkembang mulai menggeliat.
Perkembangan
industri ini lebih bisa menarik wilayah lain untuk turut berkembang daripada
bertempur dengan strategi ekspor bahan mentah. Dalam kegiatan industri lebih
banyak wilayah lain yang ikut terlibat, misalnya wilayah sumber bahan mentah,
wilayah pasar, serta lokasi industri itu sendiri. Nah, modelmodel pengembangan
yang demikian, kini mulai diterapkan di berbagai negara berkembang.
Ya,
banyak model pengembangan di negara maju, diadopsi oleh negara berkembang,
tetapi yang harus mereka sadari adalah setiap wilayah mempunyai kondisi yang
berbeda. Jadi, meskipun berkiblat dengan model pengembangan dunia Barat, jangan
lupa memerhatikan karakteristik kewilayahan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Istilah Perencanaan memiliki pengertian yang berbeda-beda dari para ahli.
Banyak dokumen perencanaan nasional atau pernyataan dari para pemimpin politik
yang memperkenalkan pengertian mereka sendiri. Para pakar ekonomi pun belum ada
kesepakatan tentang pengertian istilah perencanaan pembangunan ekonomi
tersebut. Menurut Conyers dan Hills (1994), Perencanaan sebagai suatu proses
yang bersinambung yang mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan
berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu pada masa yang akan datang.
Perencanaan Pembangunan Ekonomi adalah suatu proses yang bersinambung yang
mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif
penggunaan sumber daya dalam mengendalikan suatu perekonomian untuk mencapai
sasaran dan tujuan tertentu dalam jangka waktu agar mencapai tujuan-tujuan pada
masa yang akan datang.
Model
pembangunan ekonomi merupakan seperangkat hubungan terorganisasi yang memerikan
berfungsinya suatu kesatuan perekonomian (rumah tangga, individu, nasional dan
internasional) dengan seperangkat asumsi-asumsi yang disederhanakan.
Pemilihan
model akan sangat tergantung kepada kematangan perekonomian yang ada, bagaimana
struktur kelembagaan ekonomi dan peranan sektor swasta vs sektor pemerintah
dalam pembangunan, ketersediaan data dan informasi, dan kendala-kendala
operatisional tertentu (misalnya kelangkaan modal, devisa, dan lain lain).
B.
Saran
Dalam penyajian
materi dalam makalah ini, saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan
kelemahan baik dari struktur penulisan maupun penyajian materinya. Karena itu, kami menerima kritik
dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Dan untuk itu kami ucapkan terima kasih.
makalah nya sangat membantu dalam menyelesaikan tugas saya terima kasih.
BalasHapusAssalamualaikum Salam sejahtera untuk kita semua,SAYA IBU SUKMA Sengaja ingin menulis
BalasHapussedikit kesaksian untuk berbagi, barangkali ada teman-teman yang sedang
kesulitan masalah keuangan, Awal mula saya mengamalkan Pesugihan Tanpa
Tumbal karena usaha saya bangkrut dan saya menanggung hutang sebesar
500 JT saya sters hampir bunuh diri tidak tau harus bagaimana agar bisa
melunasi hutang saya, saya coba buka-buka internet dan saya bertemu
dengan AKI SAKTI, awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi selama 3 HARI
saya berpikir, saya akhirnya bergabung dan menghubungi KI sakti
kata BELIAU pesugihan yang cocok untuk saya adalah pesugihan
penarikan uang gaib 2Milyar dengan tumbal hewan, Semua petunjuk saya ikuti
dan hanya 1 hari Astagfirullahallazim, Alhamdulilah akhirnya 2M yang saya
minta benar benar ada di tangan saya semua hutang saya lunas dan sisanya
buat modal usaha. sekarang rumah sudah punya dan mobil pun sudah ada.
Maka dari itu, setiap kali ada teman saya yang mengeluhkan nasibnya, saya
sering menyarankan untuk menghubungi Aki Sakti DI NOMOR 085_242_421_477
agar di berikan arahan. jika ingin seperti saya coba hubungi Aki Sakti pasti akan di bantu Oleh Beliau
Terima kasih ..makalah nya sangat mmbantu saya untuk menyelesaikan tugas kuliah
BalasHapusTerimakasih makalah sangat membantu kak:)
BalasHapus