Kamis, 14 November 2013

Perusahaan Kecil (Ekonomi Perusahaan)



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Salah satu alasan berlangsung aktivitas ekonomi adalah terjadinya ketidakseimbangan. Dalam hal lapangan kerja, ketidakseimbangan tersebut juga terjadi. Di satu sisi, pertumbuhan ekonomi yang pesar memerlukan penambahan tenaga kerja untuk mengelolanya. Di sisi lain, keahlian dan spesifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan belum tentu dapat dipenuhi oleh orang yang membutuhkan pekerjaan. Dengan pertambahan penduduk dunia pada umumnya atau di suatu negara pada khususnya, laju pertambahan jumlah tenaga kerja yang tersedia seringkali melampaui jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia. Akibatnya, penciptaan lapangan kerja sendiri nampaknya merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditawar lagi. Dalam hal inilah perusahaan kecil merupakan alternatif penyelesaian. Berdirinya perusahaan kecil juga tidak terlepas dengan peran wiraswastawan dalam mendirikan dan mengembangkan perusahaan kecil. Pentingnya peran wiraswasta ditunjukkan dengan semakin luasnya distribusi peran wiraswasta di semua aspek kehidupan. Di negara berkembang, kewiraswastaan bahkan merupakan tiang penyangga dunia usaha dan industri.

B.     Rumusan permasalahan
1.      Apa ciri-ciri perusahaan kecil?
2.      Apa perbedaan antara perusahaan kecil dengan perusahaan besar?
3.      Apa kekuatan dari perusahaan kecil?
4.      Apa kelemahan dari perusahaan kecil?
5.      Bagaimana mengembangkan perusahaan kecil?
6.      Apa tindakan yang harus diambil jika perusahaan kecil mengalami kegagalan?
7.      Bagaimana peran wiraswasta dalam memajukan ekonomi nasional?
8.      Bagaimana penggunaan hak fraincase dalam perusahaan kecil?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Menjelaskan ciri-ciri perusahaan kecil.
2.      Menjelaskan perbedaan antara perusahaan kecil dengan perusahaan besar.
3.      Menjelaskan kekuatan dan kelemahan perusahaan kecil.
4.      Menjelaskan pengembangan perusahaan kecil.
5.      Menjelaskan tindakan yang harus diambil ketika perusahaan kecil mengalami kegagalan.
6.      Menjelaskan peran wiraswasta dalam memajukan perekonomian nasional.
7.      Menjelaskan penggunaan hak fraincais.






BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kewiraswastaan, Wiraswasta, dan Wiraswataan
Kewiraswastaan (enterpreneurship) adalah kemampuan dan kemauan seseorang untuk berisiko dengan menginvestasikan dan mempertaruhkan waktu, uang, dan usaha untuk memulai suatu perusahaan dan menjadikannya berhasil. Melalui usaha yang dijalankannya, yang bersangkutan merencanakan dan mengharapkan kompensasi dalam bentuk keuntungan di samping juga kepuasaan. Bidang usaha atau perusahaan yang dibangun oleh seseorang dengan kepribadian tertentu (wiraswastawan/enterpreneur) sebagai alternatif penyediaan lapangan kerja, minimal bagi si pemilik modal itu, yang disebut wiraswasta.
Selain memperoleh keuntungan, berwiraswasta juga tak terlepas dari keuntungan dan kerugian. Sisi keuntungan berwiraswasta adalah kemungkinan untuk mengatur tingkat keuntungan yang diharapkan (semakin giat usaha dan waktu yang dicurahkan, akan semakin besar harapan perolehan keuntungannya), melatih ketajaman intuisi bisnis, meningkatkan sifat tanggung jawab terhadap dirinya sendiri (juga terhadap keluarga dan bangsa), dan memiliki wewenang untuk memerintah dan mengelola karyawannya.
Sedangkan sisi kerugian berwiraswasta adalah tanggung jawab yang besar terhadap kelangsungan usaha, perlunya menjaga relasi yang baik terhadap pihak-pihak terkait dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, menanggung beban akibat kerugian perusahaan, pencurahan waktu kerja, maupun bentuk pengorbanan lainnya yang berkaitan dengan keluarga.
Dalam kaitannya dengan kemajuan perusahaan, peran wiraswastawan adalah:
-          Memimpin usaha secara teknis maupun ekonomis dengan berbagai aspek fungsional.
-          Mencari keuntungan bisnis.
-          Membawa perusahaan ke arah kemampuan, perkembangan, serta kontinuitas.
-          Memperkenalkan hasil produksi baru.
-          Memperkenalkan cara produksi yang lebih maju.
-          Membuka pasar.
-          Merebut sumber bahan mentah ataupun setengah jadi.
-          Melaksanakan bentuk organisasi perusahaan yang baru.

B.     Unsur-unsur penting wiraswasta
Dalam wiraswasta tercakup beberapa unsur penting yang satu sama lainnya saling terkait. Unsur-unsur tersebut adalah unsur pengetahuan, unsur keterampilan, unsur sikap mental, dan unsur kewaspadaan.
-          Unsur pengetahuan, mencirikan tingkat penalaran yang dimiliki seseorang. Pada umumnya unsur pengetahuan banyak ditentukan oleh tingkat pendidikan orang bersangkutan. Semakin tinggi dan semakin luas pendidikan seseorang, semakin tinggi dan luas pula pengetahuannya. Kedalaman pemahaman akan diperoleh seseorang bilamana ia mendalami bidang yang digelutinya. Sedangkan orang yang lebih mementingkan pengetahuan luas pada umumnya akan menjadi generalis. Selain diperoleh dari pendidikan formal, pengetahuan juga dapat berkembang  dari “belajar sendiri”. Dalam  dunia usaha yang kompleks, diperlukan kemampuan yang komprehensif. Karena itu, wiraswastawan dituntut untuk mempunyai keluasan pengetahuan dan kemampuan penalaran yang tinggi.
-          Unsur keterampilan, pada umumnya diperoleh melalui latihan dan pengalaman kerja nyata. Wiraswastawan yang dilengkapi dengan keterampilan tinggi akan mempunyai peluang keberhasilan yang lebih tinggi. Keterampilan yang dimilikinya akan memudahkan dan memperlancar penyelesaian berbagai tugas yang harus dijalaninya.
-          Unsur sikap mental, menggambarkan reaksi sikap dan mental seseorang ketika menghadapi suatu situasi. Untuk berwiraswasta, secara umum dituntu adanya sikap mental yang fleksibel, sesuai dengan tuntutan dan perkembangan keadaan, dinamis, kreatif, dan penuh inisiatif. Pada situasi yang menguntungkan, wiraswasta akan melaksanakan pekerjaannya tepat waktu sehingga kesempatan yang ada tidak hilang begitu saja. Sebaliknya, pada kondisi yang tidak menguntungkan, mereka mampu menunda dan menangguhkan pelaksanaan suatu pekerjaan dan memikirkan alternatif kesempatan yang lain.
-          Unsur kewaspadaan, merupakan paduan unsur pengetahuan dan sikap mental dalam menghadapi keadaan yang akan datang. Kewaspadaan berkaitan dengan pemikiran atau rencana tindakan untuk menghadapi sesuatu yang mungkin terjadi atau diduga akan dialami. Sehubungan dengan itu, berwiraswasta juga berarti perlu mempertimbangkan sikap defensif atau ofensif. Bila sikap defensif yang dipilih, berarti wiraswastawan akan memikirkan strategi, taktik, dan rencana tindakan yang bersifat menghindari, mencegah, membelokkan, menutupi, ataupun memperkecil hal-hal yang merugikan pihaknya. Bila sikap ofensif yang dipilihm wiraswastawan justru mencoba melihat keuntungan yang dapat diperolehnya dari sesuatu yang diduganya akan terjadi. Dengan dimikian, segala upaya berupa pemikiran ataupun tindakan ditujukan untuk memanfaatkan setiap kejadian dan kesempatan yang ada secara tepat dan sebaik mungkin, guna menghasilkan sesuatu yang berguna baginya. Jadi, wiraswastawan yang baik mampu mengambil kesempatan dalam kondisi yang menurut pandangan orang awam sulit dilakukan. Dalam kenyataannya, unsur kewaspadaan terkait erat dengan rencana tindakan wiraswastawan dalam mengantisipasi keadaan yang akan terjadi di masa mendatang.

C.    Cara memasuki perusahaan
Secara umum ada tiga cara untuk memasuki peruSaan dan menjadikannya sebagai hak milik. Ketiga cara tersebut adalah:
1.      Membeli perusahaan yang telah dibangun.
2.      Memulai perusahaan baru.
3.      Membeli hal lisensi (franchising/waralaba).
Pembelian hak lisensi (franchising) merupakan suatu keuntungan tersendiri karena adanya kerjasama antara si pembeli hal lisensi (franchisee) dengan pihak yang hak lisensinya dibeli (franchisor). Dalam franchising terjadi hubungan bisnis yang berkesinambungan antara franchising dengan franchisor. Franchising merupakan suatu persatuan lisensi menurut hukum antara suatu pabrik (manufaktur) atau perusahaan yang menyelenggarakan, dengan penyalur (dealer) untuk melaksanakan kegiatan. Dengan franchising, perusahaan diselenggarakan seolah-olah menjadi bagian dari suatu rangkaian yang besar, lengkap dengan nama, produk merek dagang, dan prosedur penyelenggaraan standar.
Sistem waralaba (franchising) sendiri dimulai dengan apa yang disebut “product franchise” (waralaba produk), yang lebih merupakan usaha keagenan seperti keagenan mesin jahit Singer, keagenan sepatu Bata, dan lainnya. Pada perkembangannya selanjutnya, waralaba produk ini kemudian populer melalui “business format franchising” (sistem waralaba format usaha), seperti restoran Kentucky Fried Chicken (KFC), Mc Donald, Ace Hardwarem Continent Hypermarket, Donat J-Co, dan sebagainya.

D.    Tipe-tipe franchising
Dalam pelaksanaannya, dijumpai adanya beberapa jenis franchising, yaitu:
1.      Trade name franchising
Dalam hal ini, franchisee memperolehh hak untuk memproduksi. Sebagai contoh, PT. Great River memiliki hak untuk memproduksi pakaian merek Triumph dengan lisensi dari Jerman
2.      Product distribution franchising
Dalam hal ini, franchising memperoleh hak untuk distribusi di wilayah tertentu, misalnya, soft drink, cosmetics.
3.      Pure franchising/business format
Dalam hal ini, franchisee memperoleh hak seluruhnya, mulai dari trademark, penjualan, peralatan, metode operasi, strategi pemasaran, bantuan manajemen, teknik, pengendalian kualitas, dan lain-lain. Contoh: restaurant, fast food, pendidikan, dan konsultan.

E.     Franchising di Indonesia
Perkembangan usaha waralaba di Indonesia saat ini dan di masa mendatang mempunyai prospek yang baik dan semakin pesat kemajuannya, karena dapat memberolan manfaat bagi franchisor dan franchisee maupun bagi konsumen (mendapatkan jaminan produk yang bermutu), menyediakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja baru bagi angkatan kerja Indonesia. Di samping itu usaha waralaba dapat pula memperluas usaha dan akses pasar bagi produk-produk dan jasa Indonesia.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 16 tahun 1997, waralaba atau franchise adalah sebuah perikatan, di mana salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak lain tersebut, dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan atau jasa.
Kemudian diperbarui dalam PP No. 42 tahun 2007, di mana waralaba atau franchise adalah hak khusus yang dimiliki oleh perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.

F.     Pelaku Bisnis Franchise
Dari definisi di atas, kita akan lihat penjabaran pihak-pihak yang berperan dalam bisnis franchise tersebut. Pemberi waralaba atau franchisor adalah pihak yang memiliki hak penuh atas franchise yang digelutinya karena franchisor adalah penemu resep dan penggagas konsep franchise tersebut. Dalam hal ini, bisnis franchise telah dijalankan dalam waktu cukup lama (minimal 5 tahun) dan nyata memiliki laporan keuangan yang sehat dan keunikan produk.
Penerima waralaba atau franchisee adalah pihak yang memberikan sejumlah imbalan (berupa uang). Dengan imbalan tersebut, franchisee berhak untuk menggunakan merek, memakai sistem manajemen berdasarkan standar operational procedure (SOP), dan mendapatkan konsultasi dari pihak franchisor. Jadi, bisnis franchise merupakan kesepakatan bisnis antara franchisor dan franchisee. Di mana kedua pihak telah mengetahui hak dan kewajiban masing-masing sehingga dengan kesadaran penuh melakukan kontrak kerja sama yang saling menguntungkan.

G.    Bagaimana memulai bisnis franchise
1.      Memulai dari mental kewirausahaan
Bisnis franchise adalah milik semua khalayak. Semua orang dengan latar pendidikan yang beragam dan berasal dari segala tingkatan ekonomi. Tidak peduli pria atau wanita. Semua berhak terjun di bisnis ini.
Untuk menjadi franchisor dan franchisee tidaklah semudah yang anda bayangkan apabila kuda-kuda anda tidak kuat. Kuda-kuda yang dimaksud adalah keterampilan kewirausahaan. Karena dalam kewirausahaan terdapat banyak hal yang akan membentuk anda menjadi seorang yang berkarakter kuat, tahan banting, pantang menyerah, selalu mencari inovasi baru, bertujuan mulia, konsisten, berkomitmen, dan banyak lagi hal positif.
2.      Memulai bisnis franchise sebagai franchisor
Dalam bisnis franchise, dua pihak yang berfungsi sebagai podusen, yaitu franchisor dan franchisee. Masing-masing memiliki proses yang berbeda dalam memulainya. Untuk pihak franchisor yaitu pemilihan barang atau jasa franchise, proses pembuatan barang atau cara kerja di bidang jasa, pembuatan gerai franchise, penawaran sistem franchise, dan manajemen
3.      Memulai bisnis franchise sebagai franchisee
Sebagai pihak penerima franchise, franchisee tidak terlalu berat untuk memulai bisnis franchise ini. Karena memang konsep franchise memudahkan para franchisee membuka bisnis tanpa harus susah payah menciptakan produk andal dan membuat sistem manajemen. Di samping itu, bisa mempersingkat waktu. Namun demikian, bukan berarti seorang franchisee langsung memperoleh keuntungan besar. Bagaimanapun bisnis adalah pertarungan. Pertarungan melawan pesaing, melawan risiko ketidakpastian, dan pertarungan melawan hambatan dari dalam diri. Tahapan untuk menjadi franchisee adalah memilih franchise, menentukan lokasi dan tempat, tanda tangan kontrak kerja sama dan pembayaran DP, dan perekrutan.
Bidang usaha franchise:
-          Makanan dan minuman
-          Salon rambut dan kecantikan
-          Binatu/jasa perbaikan
-          Pelatihan jasa konsultasi
-          Senam kebugaran (fitness) dan perawatan jasmani
-          Produk
-          Printing/furniture
-          Real estate
Franchise lokal misalnya,
-          Fast food, contoh Ayam Goreng Ny Tanzil, California Fried Chicken (CFC), Beef Bowl, Hoka-Hoka Bento.
-          Restaurant/cafe/bar, contoh es teler 88. Delly Joy, Mie Tek-Tek, King Fried Chicken and Steak.
-          Pizza/ice cream/donut/cakes, contoh Holland Bakery, Croisant de France, Nila Chandra cakes.
Franchise asing, misalnya,
-          Fast food, contoh KFC, Texas Fried Chicken, MC Donald, A & W, Hoka-hoka Bento.
-          Restaurant/cafe/bar, contoh Red Lobster, Hard Rock, Kenny Rogers.
-          Pizza/ice cream/donut/cakes, contoh Pizza Hut, Yogen Fruzz, Dunkinn Donuts, J-Co, Baskin Robins.
-          Soft drink, contoh Coca-cola, Pepsi Cola, Green spot.

H.    Karakteristik perusahaan kecil
Tanpa memandang ukurannya, perusahaan kecil berbeda dengan perusahaan besar dalam bidang manajemen, kebutuhan modal, dan dasar operasionalnya.
Manajemen, karena manajer-manajer perusahaan kecil adalah juga pemiliknya, mereka dapat mengambil keputusan sendiri. Sebagai pelaksana kecil, pemilik adalah investor dan sekaligus pengusaha. Hal ini memungkinkannya bererak bergerak bebas dalam arti yang seluas-luasnya.
Kebutuhan modal, jumlah modal yang dibutuhakan relative kecil dibandingkan modal yang diperlukan oleh kebanyakan perusahaan besar. Modal ini biasanya dipasok oleh satu orang atau paling banyak beberapa orang.
Operasi setempat, bagi sebagian besar perusahaan kecl, daerah operasinya adalah wilayah setempat. Pengusaha dan karyawannya bertempat tinggal dilingkungan  dimana perusahaan tersebut berlokasi. Namun, ini tidak berarti bahwa perusahaan kecil hanya melayani pasar setempat. Beberapa perusahaan kecil Impor dan Eksport,
Perbedaan Antara Perusahaan Kecil Dan Perusahaan Besar
Perusahaan Kecil
Perusahaan Besar
Umumnya dikelola oleh pemilik
Bisanya dikelola oleh bukan pemilik
Struktur organisasinya sederhana
Struktur organisasinya kompleks
Pemilik mengenal karyawan
Pemilik mengenal hanya sdikit karyawan
Pesentasinya tinggi dalam kegagaan perusahaan
Persentasinya rendah dalam kegagalan perusahaan
Kurangnya manajer berspesialisasi
Biasanya terdapat manajer berspesialisasi
Sukar mendapat modal jangka panjang
Modal jangka panjang biasanya relatif mudah diperoleh
 
I.       Ciri-ciri perusahaan kecil
Secara umum pengertian perusahaan kecil mengacu pada ciri-ciri berikut:
1.      Manajemen berdiri sendiri. Pada umumnya, para manajer perusahaan kecil adalah juga pemilik. Dengan prediket yang disandang, mereka memiliki kebebasan luas untuk bertindak dan mengambil keputusan.
2.      Investasi modal terbatas. Pada umumnya, modal perusahaan kecil disediakan oleh seorang pemilik atau sekelompok kecil pemilik, karena jumlah modal yang diperlukan relatif kecil dibandingkan modal yang diperlukan perusahaan-perusahaan besar.
3.      Daerah operasinya lokal. Dalam hal ini majikan dan karyawan tinggal dalam suatu lingkungan yang berdekatan dengan letak perusahaan. Meskipun demikian, tidak berarti perusahaan kecil hanya melayani pasar setempat. Seringkali dijumpai, pemasaran perusahaan kecil bahkan mencapai lingkup nasional.
4.      Ukuran secara keseluruhan relatif kecil (penyelenggara di bidang operasonya tidak dominan)

J.      Kekuatan dan kelemahan perusahaan kecil
Fakta menunjukan banyak wiraswastawan memulai aktivitasnya dalam bentuk perusahaan kecil sebelum akhirnya berkembang menjadi besar. Berbagai bidang usaha memberikan kesempatan usaha, tingkat perolehan keuntungan, maupun tingkat risiko yang berbeda-beda. Contoh berbagai bidang usaha tersebut adalah usaha tani, usaha peternakan, industri pariwisata, usaha jasa, dan lain-lain. Dalam berbagai bidang usaha tersebut, dewasa ini perusahaan-perusahaan jasa merupakan alternatif pilihan yang menarik dan berkembang dengan pesat.
Sektor jasa mulai tumbuh lebih pesat dibandingkan sektor-sektor ekonomi lainnya. Lebih dari sepertiga perusahaan menjual jasa dan bukan produksi. Persentase pendapatan masyarakat yang dibelanjakan untuk jasa juga semakin meningkat. Terlepas dari bidang usaha yang dipilih, sebagaimana dijumpai pada hampir semua kondisi, perusahaan kecil juga memiliki kekuatan dan kelemahan. Kekuatan perusahaan kecil terutama berkenaan dengan kebebasannya untuk bertindak dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan setempat. Sebaliknya, kelemahan perusahaan kecil terutama berkaitan dengan spesialisasi, modal, dan jaminan pekerjaan terhadap karyawannya.
1.      Keuntungan perusahaan kecil
Kebebasan dalam bertindak mengacu pada fleksibilitas gerak perusahaan dan kecepatannya dalam mengantisipasi perubahan tuntutan pasar. Hal ini lebih dimungkinkan dalam perusahaan kecil karena ruang lingkup layanan perusahaan relatif kecil, sehingga penyesuaian terhadap adopsi teknologi yang sesuai dengan kebutuhan pasar dapat dilaksanakan dengan cepat.
Penyesuaian dengan kebutuhan setempat dapat berjalan lebih baik terutama karena dekatnya perusahaan dengan masyarakat setempat, keeratan hubungan dengan pelanggan, serta fleksibilitas penyesuaian volume usaha dalam kaitannya dengan tuntutan perubahan selera pelanggan.
2.      Kelemahan perusahaan kecil
Perusahaan dengan ukuran apa saja (besar, sedang, maupun kecil) selalu mengandung risiko, di samping keuntungannya. Perusahaan kecil lebih mudah terpengaruh oleh perubahan situasi, kondisi ekonomii, persaingan, dan lokasi yang buruk. Pada bagian sebelumnya telah disinggung kelemahan perusahaan kecil yang terutama berkaitan dengan spesialisasi, modal, dan jaminan pekerjaan terhadap karyawannya.
Dalam hal spesialisasi keahlian, pada umumnya pemilik perusahaan tidak memiliki keterampilan khusus untuk semua bidang manajemen. Seorang pemilik tunggal cenderung memperlakukan bidang yang dikuasainya secara berlebihan dan agak mengabaikan bidang-bidang yang kurang dikuasainya. Meskipun demikian, karena yang bersangkutan bertanggung jawab pada hampir semua bidang (personil, pembelian, keuangan, administrasi, dan penyelenggaraan aktivitas sehari-hari) dalam pelaksanaan kesuluruhan kegiatan, hampir pasti akan dijumpai kekurangan di berbagai hal. Mengingat pengelolaan perusahaan kecil memerlukan proses yang sama seperti dalam pengelolaan perusahaan besar, maka pemilik atau pengelola perusahaan kecil harus mempertimbangkan kemampuan mereka dalam bidang-bidang yang terkait dengan personil, fasilitas fisik, akuntansi, keuangan, pembelian, pengurusan barang dagangan, pemasaran, advertensi, risiko, maupun penyelenggaraan sehari-hari.
Bilamana disadari bahwa tidak semua bidang dikuasai, maka pengelola harus merencanakan untuk mempekerjakan orang-orang dengan keahlian yang diperlukan untuk mendukung kelancaran operasional dan keberhasilan perusahaan. Kebutuhan ini sedemikian pentingnya mengingat kurangnya pengalaman manajemen merupakan sebab utama dari kegagalan perusahaan kecil. Modal yang dapat disediakan oleh pemilik perusahaan kecil itu terbatas. Arus uang kontan untuk penyelenggaraan kegiatan sehari-hari mungkin cukup, tetapi tidak demikian untuk keperluan perluasan, Kemungkinan perolehan kredit pinjaman juga tidak semudah perusahaan besar, karena kesempatan yang ada terkait dengan kredibilitas perusahaan.
Data empiris menunjukan bahwa modal memegang peranan penting dalam pengembangan perusahaan. Ketidakcukupan modal seringkali merupakan sebab utama kegagalan perusahaan kecil dan ketidakmampuan mereka untuk memenangkan persaingan dalam bentuk harga, kualitas, perang iklan, dan sebagainya. Dalam menaksir dana-dana yang diperlukan untuk penyelenggaraan, seharusnya diantisipasi kemungkinann-kemungkinan terburuk seperti halnya tidak adanya aliran dan masuk yang berasal dari keuntungan pada tahun-tahun permulaan perusahaan berjalan, akan menderita kerugian pada tahun-tahun pertama, dan sebagainya; sehingga perlu dicadangkan dana tambahan. Pertimbangan tersebut didasarkan atas pengalaman yang menunjukan tingkat kegagalan perusahaan baru lebih besar daripada perusahaan-perusahaan yang telah berdiri beberapa lama. Perusahaan kecil mungkin memberikan upah yang baik kepada karyawannya, tetapi pada beberapa hal yang terkait dengan jaminan pekerjaan, program-program training, peningkatan pendidikan formal, jaminan kesehatan, jaminan hari tua, dan sebagainya, mereka tidak dapat menyamai perusahaan besar. Kondisi tersebut disadari oleh pencari kerja, sehingga para tamatan perguruan tinggi ataupun pencari kerja pada umunya lebih suka bekerja di tempat yang mempunyai kesempatan yang lebih terbuka untuk promosi ataupun untuk perolehan jaminan-jaminan lainnya.
Hal ini dikuatkan dengan fakta bahwa perusahaan-perusahaan besar mempunyai lebih banyak kesempatan jabatan, promosi dalam karier, maupun kesempatan-kesempatan lain. Kenyataan ini menyebabkan perusahaan kecil pada umunya memiliki posisi lebih lemah dalam persaingan untuk mendapatkan tenaga kerja yang memiliki kompetensi tinggi.

K.    Mengembangkan perusahaan kecil
Untuk mengembangkan perusahaan diperlukan pertimbangan yang matang terhadap tiga hal: profil pribadi (dalam kaitannya dengan kelayakan kredit, referensi-referensi, perincian pengalaman perusahaan), profil perusahaan (dalam kaitannya dengan sejarah, analisis tentang para pesaing dan pasar, strategi persaingan dan rencana operasi, rencana arus uang kontan dan analisis pulang pokok), serta paket pinjaman (dalam kaitannya dengan jumlah yang diminta, jenis pinjaman yang diminta, alasan pembenaran, jadwal pembayaran kembali dan ketentuan-ketentuan pembayaran).
Pertimbangan yang matang untuk mengembangkan perusahaan, memerlukan kejelian yang terkait erat dengan kemampuan manajemen, pemenuhan kebutuhan modal, pemilihan bentuk kepemilikan perusahaan, dan strategi untuk memenangkan persaingan pasar. Faktor yang memberikan keuntungan  persaingan kepada wiraswastawan tertentu dibandingkan para pesaingnya. Faktor-faktor tersebut adalah: Pemenuhan kebutuhan pelanggan yang tidak dapat dipenuhi para pesaing.
-          Pemenuhan kebutuhan  konsumen yang belum terpenuhi
-          Pelayanan yang lebih baik
-          Peragaan barang yang lebih baik
-          Mutu yang lebih tinggi dengan harga yang sama
-          Harga yang lebih rendah dengan mutu yang sama
-          Keamanan produk lebih besar
-          Pelayanan pelanggan secara pribadi
-          Informasi mngena poduk lebih baik
-          Penataan took lebih menyenangkan
-          Informasi yang lebih lengkap dalam periklanan
-          Kemasan yang lebih menarik

L.     Kegagalan perusahaan kecil
Banyak faktor yang dapat menjadi penyebab kegagalan perusahaan kecil. Sebagian penyebab kegagalan telah disebutkan seperti kurangnya pengalaman manajemen, kurangnya modal, kurangnya kemampuan dalam promosi penjualan, ketidakmampuan untuk menagih piutang yang macet, penggunaan teknolohi yang sudah ketinggalan zaman, kurangnya perencanaan perusahaan, permasalahan kecakapan pribadi, kesalahan pemilihan bidang usaha, dan lain-lain. Secara umum, tanda-tanda kegagalan perusahan ditunjukkan oleh:
-          Penjualan yang menurun pada beberapa periode pembukuan
-          Perbandingan utang yang semakin tinggi
-          Biaya operasi yang semakin meningkat
-          Pengurangan dalam modal kerja
-          Penurunan dalam keuntungan
-          Peningkatan kerugian
Bila tanda-tanda kegagalan tersebut mulai terlihat, perlu dipikirkan beberapa tindakan perbaikan berikut:
-          Mengurangi biaya-biaya operasi
-          Berusaha untuk meningkatkan penjualan melalui perbaikan metode pemasaran maupun iklan
-          Peminjaman kembali kerugian-kerugian kredit untuk menghindari resiki-resiko buruk
-          Memeriksa ulang posisi persediaan untuk menentukan kecukupan kesediaan.

M.   Kunci Sukses Bagi Perusahaan Kecil
Kebanyakan orang yang memutuskan untuk menjadi wiraswastawan, sebelumnya pernah bekerja pada  orang lain. Dan mereka mempunya gagasan sangat baik mengenai jenis bisnis yang akan mereka jalankan. Namun, mendirikan perusahaan mereka sendiri, mereka harus memutuskan apakah mereka mempunyai kemampuan dan kekuatan untuk menjalankan suatu perusahaan, dan mereka harus mengembangkan suatu rencana perusahaan. Meraa harus mengukur kecakapan mereka dalam manajemen dan kemampuan mereka dalam mencukupi modal yang dibutuhkan. Mereka harus memutuskan bentuk terbaik dari organisasi perusahaan mereka. Pemilik perusahaan kecil harus mempunyai kemampuar mengorganisasikan perusahaan dengan baik
1.      Mengembangkan rencana perusahaan
Orang yang tidak membuat rencana untuk sukses, sebenarnya merencanakan kegagalan. Ada tiga bidang utama yang harus ditangani dalam pengembangan rencana bisnis: sosok pribadi, sosok perusahaan, dan paket pinjaman kekhususan bidang-bidang ini adalah sebagai berikut:
a.       Sosok Pribadi
-          kredit rating,
-          referensi,
-          keterangan terinci yang penting-penting tentang pengalaman dalam bisnis
b.      Sosok Perusahaan
-          Sejarah,
-          analisis mengenai pesaing dan pasar.
-          Pembahasan mengenai strategi dan operasi,
-          rencana dan peraalan laba,
-          rencana arus kas,
-          analisis pulang pokok
c.       Paket Pinjaman
-          Jumlah yang diminta,
-          Jenis pinjaman yang diminta
-          Pertimbangan-pertimbangan
-          Syarat-syarat dan jadwal pembayaran kembali
2.      Mengelola Perusahaan dengan Baik
Telah kita pelajari tentang manajemen suatu organisasi perusahaan, secara khusus, kita telah mengklasifikasi empat fungsi pokok proses manajemen dan kita telah membahas ssyarat-syarat kepemipinan tertentu. Fungsi pokok manajemen sama pentingnya baik perusahaan kecil maupun perusahaan besar. Namun, perusahaan besar dapat merekrut beberapa ahli untuk mengelola bidang tertentu. Dalam perusahaan kecil, hal seperti ini tidak dapat dilakukan. Seseorang harus memutuskan apakah dia mempunyai kemampuan mengelola semua bidang yang ada. Seseorang yang tidak mempunyai keahlian cukup dalam bidang tertentu harus merencanakan merekrut orang yang berkualifikasi guna mengisi kebutuhan tersebut.
Tidak semua orang memiliki kualifikasi pribadi yang dibutuhkan untuk menjadi wiraswasta yang sukses. Mereka yang tidak memilikinya mungkin harus membiarkan orang lain mengambil resiko bisnis tersebut. Beberapa penelitian telah menunjukan bahwa kualifikasi ini biasanya di hubungkan dengan wiraswasta yang sukses:
a.       Keinginan yang kuat untuk mandiri
b.      Kemauan yang menanggung resiko
c.       Kemampuan belajar dari pengalaman
d.      Motivasi diri
e.       Semangat bersaing
f.       Beorientasi kea rah kerja keras
g.      Kepercayaan pada diri sendiri
h.      Dorongan mencapai kemajuan
i.        Tingkat energi tinggi
j.        Tegas
John Sloan, ketika menjabat direktur utama Nation Federation of Independent business, mengatakan bahwa motivasi dalam manajemen adalah kualitas multifaktor. Dia menyatakan “Imbalan keuangan jelas merupakan salah satu jenis motivasi. Kebebasan atau menjadi bos sendiri adalah motivasi jenis kedua; dan menjalankan apa yang orang itu maumenjalankannya adalah motivasi jenis ketiga.
3.      Memperoleh Keuangan yang Memadai
Beberapa penelitian menunjukan bahwa kekurangan Modal adalah penyebab utama gagalnya perusahaan kecil. Makin kecil persentase modal pemilik dalam perusahaan, makin besar resiko kegagalan. Yang dimaksud dengan Modal termasuk uang  yang digunakan untuk memulai perusahaan dan kredit yang diberikan kepada perusahaan oleh pabrik, grosir dan lainnya. Suatu ketentuan yang berlaku umum adalah bahwa pemilik menyediakan sedikitnya dua pertiga dari jumlah modal.
Kebanyakan perusahaan kecil dibiayai dengan sumberdaya pribadi satu orang. Lembaga keuangan, teman, dan anggota keluarga dapat juga menginvestasikan dalam usaha baru itu. Jumlah yang dipeolrh dari berbagai sumber sangat tergantung pada apakah pemilik memulai suatu perusahaan baru atau membeli perusahaan yang sudah berjalan.
4.      Memilih Bentuk – Pemilikan Terbaik
Kesederhanaan perusahaan Perseroan membuat bentuk ini sangat cocok bagi perusahaan kecil. Tetapi dalam kondisi tertentu bentuk perseroan terbatas dan persekutuan, termasuk S-Corporation juga memuaskan bagi usaha berskala kecil. Sangat penting untuk memutuskan sedini mungkin bentuk apa yang harus digunakan.
5.      Mencari Mata Kompetitif
Masyarakat yang sedang berkembang baik, terus saja bertambah luas. Dengan tumbuhnya pemukiman baru di pinggiran kota, maka segera berkembang pusat perbelanjaan, dengan berubahnya kekerabatan di kota-kota besar, maka muncul pula peluang  bagi perusahaan  kecil. Namun, perusahaan keci harus mempunyai ciri khusus agar tampak mempunyai kelebihan dalam segi paersaingan.


BAB III
PENUTUP

Perbedaan dari kewirausahaan dan bisnis sangat mendasar. Pada umumnya kewirausahawaan memiliki badan hukum yang jelas, sedangkan bisnis kecil jarang yang memiliki badan hukum yang jelas. Selain itu, bisnis kecil sangat bergantung pada lingkungan pasar. Dari sistem managerialnya pun berbeda, sistem managerial kewirausahawan lebih baik dibandingkan sistem bisnis kecil. Kewirausahawan lebih meningkatkan hasil dari suatu produknya, sedangkan bisnis kecil lebih meningkatkanpada laba yang akan didapatkan.