BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam makalah ini pembahasan mengenai pencatatan pengakuan aktiva tetap,
pencatatan penghentian pemakaian aktiva tetap, penjualan aktiva tetap:
penghitungan dan penjurnalan, pertukaran aktiva tetap: yang sejenis dan tidak sejenis,
dan contoh soal beserta penyelesaiannya.
Aktiva tetap berwujud adalah
aktiva-aktiva yang berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam
kegiatan perusahaan yang normal. Istilah relatif permanen menunjukkan
sifat dimana aktiva yang bersangkutan dapat digunakan dalam jangka waktu yang
relatif cukup lama. Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas tidak dilakukan
penyusutan terhadap harga perolehannya, sedangkan aktiva tetap yang terbatas
umurnya dilakukan penyusutan harga perolehannya. Aktiva tetap yang dapat
diganti dengan aktiva yang sejenis penyusutannya disebut depresiasi sedang
penyusutan sumber alam disebut deplesi.
Aktiva tetap
bisa dihentikan pemakaiannya dengan cara dijual, ditukarkan, ataupun karena
rusak. Pada waktu aktiva tetap dihentikandari pemakaian maka semua rekening
yang berhubungan dengan aktiva tersebut dihapuskan. Apabila aktiva itu dijual
maka selisih antara harga jual dengan nilai buku atau nilai residu dicatat
sebagai laba atau rugi.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah yang di maksud dengan aktiva tetap?
2.
Bagaimana Pencatatan Pengakuan Aktiva Tetap?
3.
Bagaimana Pencatatan
Penghentian Pemakaian Aktiva Tetap?
4.
Bagaimana Penjurnalan
Penjualan Aktiva Tetap?
5.
Bagaimana Pertukaran Aktiva Tetap?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui tentang aktiva tetap.
2.
Mengetahui pencatatan aktiva tetap.
3.
Mengetahui pencatatan penghentian aktiva tetap.
4.
Mengetahui penjurnalan penjualan aktiva tetap.
5.
Mengetahui pertukaran aktiva tetap.
D.
Manfaat Penulisan
Agar kita dapat mengetahui tentang aktiva tetap ( Penghapusan atau Penghentian Pemakaian Aktiva Tetap).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Aktiva Tetap
Aktiva tetap berwujud adalah
aktiva-aktiva yang berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam
kegiatan perusahaan yang normal. Istilah relatif permanen menunjukkan
sifat dimana aktiva yang bersangkutan dapat digunakan dalam jangka waktu yang
relatif cukup lama. Untuk tujuan akuntansi, jangka waktu penggunaan ini
dibatasi dengan “lebih dari satu periode akuntansi”. Jadi aktiva berwujud yang
umurnya lebih dari satu periode akuntansi dikelompokkan sebagai aktiva tetap
berwujud.
Aktiva tetap
berwujud yang dimiliki oleh suatu perusahaan dapat mempunyai macam-macam bentuk
seperti tanah, bangunan, mesin-mesin, dan alat-alat, kendaraan, membelair dan
lain-lain. Dari macam-macam aktiva berwujud diatas untuk tujuan akuntansi
dikelompokkan sebagai berikut:
1.
Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas seperti tanah
untuk letak perusahaan, pertanian dan peternakan.
2.
Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah
habis masa penggunaanya bisa diganti dengan aktiva yang sejenis, misalnya
bangunan, mesin, alat-alat, mebel, kendaraan dan lain-lain.
3.
Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah
habis masa penggunaannya tidak dapat diganti dengan aktiva yang sejenis,
misalnya sumber-sumber alam seperti tambang, hutan dan lain-lain.
Aktiva
tetap yang umurnya tidak terbatas tidak dilakukan penyusutan terhadap harga
perolehannya, sedangkan aktiva tetap yang terbatas umurnya dilakukan penyusutan
harga perolehannya. Aktiva tetap yang dapat diganti dengan aktiva yang sejenis
penyusutannya disebut depresiasi sedang penyusutan sumber alam disebut deplesi.
Kadang-kadang
dipakai judul pabrik dan alat-alat sebagai ganti dari aktiva tetap berwujud.
Yang termasuk dalam judul ini di neraca hanyalah aktiva-aktiva tetap berwujud
yang dimiliki perusahaan dan digunakan dalam usaha perusahaan. Aktiva tetap
berwujud yang dimiliki tetapi tidak digunakan, misalnya tanah untuk tujuan
ekspansi atau investasi tidak dikelompokkan dalam aktiva tetap berwujud tetapi
dikelompokkan dalam investasi jangka panjang atau aktiva lain-lain.
B. Pencatatan Pengakuan Aktiva Tetap
Biaya perolehan
aktiva tetap harus diakui sebagai aktiva jika dan hanya jika :
1. Besar
kemungkinan manfaat ekonomis dimasa depan berkenaan dengan aset tersebut akan
mengalis ke entitas.
2. Biaya perolehan
aset dapat diukur secara andal.
Suku cadang dan
peralatan pemeliharaan (service equipment) biasanya dicatat sebagai persediaan
dan diakui dalam laporan laba rugi pada saat dikonsumsi. Namun demikian suku
cadang utama dan peralatan siap dipakai memenuhi kriteria aktiva tetap ketika
entitas memperkirakan akan menggunakan aktiva tersebut selama lebih dari satu
periode. Sama halnya jika suku cadang dan peralatan pemeliharaan yang hanya
bisa digunakan untuk suatu aset tetap tertentu, hal ini juga dicatat sebagai
aktiva tetap.
Pernyataan ini
tidak menentukan unit ukuran dalam pengakuan suatu aktiva tetap, oleh karena
itu diperlukan pertimbangan dalam penerapan kriterian pengakuan yang sesuai
dengan kondisi tertentu entitas. Pertimbangan tersebut tepat terhadap agregasi
unit-unit yang secara individu tidak signivikan, seperti cetakan dan perkakas
kemudian menerapkan kriteria atas nilai agregat tersebut.
C. Pencatatan
Penghentian Pemakaian Aktiva Tetap
Aktiva tetap dapat dihentikan penggunaannya dengan membuang, menjual, atau
menukarkannya. Pada umumnya, pada waktu aktiva dilepaskan, penyusutan atau
amortisasi yang belum dicatat untuk periode bersangkutan dicatat sampai tanggal
pelepasan. Dengan demikian nilai buku pada tanggal pelepasan atau penghentian
penggunaan dapat dihitung sebagai selisih antara harga perolehan aktiva itu dan
akumulasi penyusutannya.
Jika harga pelepasan lebih besar
daripada nilai buku, diakui keuntungan. Sebaliknya, jika harga pelepasan lebih
kecil daripada nilai buku, diakui kerugian. Keuntungan atau kerugian dilaporkan
pada perhitungan rugi laba sebagai ”pendapatan dan keuntungan lain-lain” atau
“beban dan kerugian lain-lain” pada tahun pelepasan aktiva. Sebagai bagian dari
ayat pelepasan, saldo dalam perkiraan aktiva dan akumulasi penyusutan untuk
aktiva tersebut dihapuskan. Dalam hal ini, proses penghentian penggunaan aktiva
tetap dapat dilakukan melalui hal-hal berikut:
1. Pembuangan Aktiva Tetap
Apabila aktiva tetap tidak berguna lagi bagi perusahaan
serta tidak memiliki nilai jual, maka aktiva tersebut dapat dibuang. Jika
aktiva tetap tersebut belum disusutkan secara penuh, maka harus terlebih dahulu
dilakukan pencatatan penyusutan sebelum aktiva tersebut dibuang dan dihapus
dari catatan akuntansi perusahaan. Dalam hal ini, tidak akan timbul keuntungan
ataupun kerugian yang harus diakui dalam catatan akuntansi karena aktiva tetap
telah disusutkan secara penuh dan tidak memiliki nilai sisa (salvage value).
2. Penjualan
Apabila suatu aktiva tetap sudah tidak digunakan lagi oleh
perusahaan, tetapi masih memiliki nilai sisa, maka aktiva tersebut dapat
dijual. Penjualan aktiva tetap ini dapat menimbulkan keuntungan jika dijual di
atas nilai sisanya, atau menimbulkan kerugian jika dijual di bawah nilai
sisanya. Jika hasil dari penjualan aktiva tetap adalah dalam bentuk kas atau
piutang (aktiva moneter), maka pencatatan transaksi tersebut harus mengikuti
urutan yang telah diaturkan.
3. Pertukaran dengan Aktiva Nonmoneter
Lainnya
Sering terjadi bahwa aktiva lama ditukar dengan aktiva baru
dengan mempertimbangkan harga pasar aktiva lama. Pertukaran ini dapat terjadi
baik antara aktiva tetap yang sejenis ataupun aktiva tetap yang tidak sejenis.
Nilai tukar tambah (trade-in allowance), dapat lebih tinggi atau lebih
rendah daripada nilai buku aktiva tetap lama. Saldo yang tersisa atau jumlah
yang terutang atas transaksi pertukaran ini, dapat dibayarkan tunai atau
dicatat sebagai kewajiban. Pertukaran aktiva tetap seperti ini juga menimbulkan
keuntungan atau kerugian yang perlu diakui dalam catatan akuntansi pada saat
pertukaran terjadi.
Apabila aktiva tetap diperoleh dari hasil pertukaran dengan
aktiva nonmoneter lain, maka aktiva baru yang diperoleh tersebut dicatat
sebesar nilai pasar wajarnya atau nilai pasar wajar aktiva nonmoneter yang
diserahkan, mana yang lebih pasti. Perlakuan ini dikenal sebagai “kasus umum”
dan merupakan transaksi pertukaran yang lebih umum.
4. Konversi Terpaksa
Adakalanya penghentian penggunaan aktiva tetap terjadi
karena kerusakan berat akibat peristiwa-peristiwa seperti kebakaran, gempa
bumi, banjir, atau pengapkiran. Penghentian pemakaian yang disebabkan oleh
jenis-jenis kejadian yang tidak dapat dikendalikan seperti ini digolongkan
sebagai konversi terpaksa. Beberapa dari peristiwa ini merupakan resiko yang
dapat diasuransikan, dan terjadinya peristiwa tersebut menghasilkan ganti rugi
dari perusahaan asuransi. Jika ganti rugi itu lebih besar daripada nilai buku
aktiva yang rusak, maka keuntungan harus diakui pada pembukuan. Jika ganti rugi
lebih kecil daripada nilai buku, kerugian akan dicatat.
Jika kerugian tidak dapat diasuransikan, atau perusahaan
lalai mengasuransikan kekayaannya, maka nilai buku tersisa dari aktiva itu
harus dicatat sebagai kerugian. Oleh karena jenis kejadian-kejadian ini tidak biasa
dan jarang terjadi, maka keuntungan dan kerugian yang direalisasi sering kali
dicatat sebagai pos luar biasa. tentu saja, jika besar kemungkinan bahwa
kejadian-kejadian itu akan berulang, yaitu misalnya jika suatu pabrik dibangun
di daerah rendah yang sering mengalami banjir, maka keuntungan atau kerugiannya
dapat digolongkan sebagai pos biasa.
Contoh:
Misalnya, mesin
yang dibeli pada tanggal 1 Februari 2005 dengan harga Rp 3.200.000,00, pada
tanggal 1 Juli 2009 dijual dengan harga Rp 650.000,00. Mesin tersebut ditaksir
umurnya 5 tahun dan depresiasinya dengan cara garis lurus, taksiran nilai
residu Rp 200.000,00. Penjualan mesin pada tanggal 1 Juli 2009 dicatat dengan
jurnal sebagai berikut:
Depresiasi
Mesin Rp
300.000,00
Akumulasi depresiasi mesin Rp
300.000,00
Depresiasi 6
bulan:
6/12 x 1/5
x ( Rp
3.200.000,00 – Rp 200.000,00) = Rp 300.000,00
Kas Rp
650.000,00
Akumulasi
depresiasi mesin Rp
2.650.000,00
Mesin Rp
3.200.000,00
Laba penjualan mesin Rp 100.000,00
Perhitungan:
Harga jual Rp 650.000,00
Nilai buku
mesin:
Harga perolehan Rp
3.200.000,00
Akumulasi
depresiasi:
2005 : 11 bulan = Rp 550.000,00
2006 : 12 bulan = Rp 600.000,00
2007 : 12 bulan = Rp 600.000,00
2008 : 12 bulan = Rp 600.000,00
2009 : 6 bulan = Rp
300.000,00+
Rp
2.650.000,00-
Rp
550.000,00-
Laba penjualan
aktiva tetap Rp
100.000,00
D. Penjurnalan Penjualan Aktiva Tetap
Ketika barang berupa aset tetap dijual, bebean depresiasi assets (depreciation expense) harus sesuai
dengan tanggal penjulan tersebut, kemuadian analoghi penjurnalanya adalah
kita menghilangkan cost dari aset dan akumulasi depresiasinya dan menimbulkan
sejumlah uang yang kita terima dari penjualan aset itu dan memasukan bedanya
sebagai gain/loss on disposal of FA.
Contoh, sebuah perusahaan menjual sebuah mesin pada tanggal 31
Januari 2010 seharga Rp 50,000,000. Akumulasi Depresiasi terakhir tercatat di
31 Desember sebesar Rp 400.000.000 dengan taksiran depresiasi
perbulan Rp 4,000,000. Buku besar menunjukan bahwa harga perolehan mesin adalah
sebesar Rp 500,000,000.
Pada akhir januari pertama-tama perusahaan akan menjurnal
beban depresiasi sebesar Rp 4,000,000 untuk bulan Januari.
Tanggal
|
Keterangan
|
Debit
|
Kredit
|
31 Jan 2010
|
Depr Exp
|
Rp 4.000.000
|
|
Accum. Depr
|
Rp 4.000.000
|
Dengan adanya
jurnal tersebut, maka akumulasi depresiasi untuk mesin tersebut menjadi Rp 404,000,000.
Sehingga jurnal penjulanya yaitu :
Tanggal
|
Keterangan
|
Debit
|
Kredit
|
31 Jan 2010
|
Cash
|
50,000,000
|
|
Accum. Depr
|
404,000,000
|
||
Loss on disposal FA
|
46,000,000
|
||
Machine
|
500,000,000
|
Perhitungan
:
Harga
perolehan
|
500,000,000
|
Akumulasi Depresiasi
|
404,000,000
|
Book Value
|
96,000,000
|
Harga jual
|
50,000,000
|
Loss on disposal
|
46,000,000
|
E.
Pertukaran Aktiva Tetap
Banyak pembelian aktiva yang dilakukan dengan cara
tukar-menukar, atau sering disebut “tukar tambah”, di mana aktiva lama
digunakan untuk membayar harga aktiva baru, baik seluruhnya atau sebagian dan
kekurangannya dibayar tunai. Dalam keadaan seperti ini, PSAK No. 16 menyatakan
bahwa harga perolehan aktiva tetap yang diperoleh dinilai sebesar nilai wajar
aktiva tetap yang dilepas atau diperoleh, mana yang lebih andal, ekuivalen
dengan nilai wajar aktiva tetap yang dilepaskan setelah disesuaikan jumlah kas
atau setara kas yang ditransfer. Ada masalah yang timbul bila harga pasar
aktiva lama naupun baru tidak dapat ditentukan. Dalam hal ini nilai buku aktiva
lama akan digunakan sebagai dasar pencatatan pertukaran tersebut. Selain masalah
diatas, masalah lainnya adalah pengakuan rugi atau laba yang timbul karena
adanya pertukaran aktiva tetap tersebut. Pembicaraan mengenai masalah rugi atau
laba pertukaran akan dipisahkan menjadi dua yaitu pertama untuk pertukaran
aktiva tetap yang tidak sejenis dan kedua, untuk pertukaran aktiva tetap yang
sejenis. Pertukaran aktiva tetap sejenis oleh PSAK No. 16 diatur untuk tidak
mengakui adanya keuntungan atau kerugian, dan biaya (harga) perolehan aktiva
tetap baru adalah jumlah tercatat dari aktiva tetap yang dilepaskan.
1.
Pertukaran Aktiva Tetap yang Sejenis
Pertukaran aktiva tetap yang sejenis adalah pertukaran aktiva tetap
yang sifat dan fungsinya sama seperti pertukaran mesin produksi merek A dengan
merek B, truk merek A dengan merek B, dan seterusnya. Dalam hubungannya dengan
aktiva tetap yang sejenis PSAK No. 16 menyatakan bahwa laba atau rugi yang
timbul akibat perbedaan nilai wajar aktiva tetap yang diperoleh dengan yang
diserahkan tidak boleh diakui, sehingga selisihnya akan digunakan untuk mengkoreksi
nilai wajar aktiva yang diperoleh. Bila terdapat selisih nilai wajar, maka
nilai wajar aktiva tetap baru ditetapkan sebesar nilai buku aktiva yang
dilepaskan. Sebaliknya bila nilai buku aktiva yang dilepaskan lebih tinggi dari
nilai wajar aktiva yang diterima, maka nilai buku aktiva yang diserahkan harus
diturunkan, dan nilai baru sesudah penurunan digunakan sebagai nilai wajar
aktiva yang diterima. Apabila dalam transaksi pertukaran itu perusahaan harus
membayar uang dalam jumlah tertentu, maka harga perolehan aktiva yang diterima
sama dengan nilai buku aktiva yang dilepaskan ditambah uang yang dibayarkan.
Sebaliknya apabila perusahaan menerima uang dalam transaksi pertukaran itu,
maka harga perolehan aktiva yang diterima adalah sebesar nilai buku aktiva yang
dilepaskan dikurangi uang yang diterima.
Contoh 1:
Pertukaran dengan mengeluarkan kas.
Misalnya, PT Risa Fadila menukarkan truk merek A dengan truk merek
B. Harga perolehan truk A sebesar Rp 10.000.000,00 dan akumulasi depresiasinya
sebesar Rp 4.000.000,00. Truk B harga pasarnya (nilai wajar) Rp 25.000.000,00.
PT Risa Fadila membayar Rp 20.000.000,00 tunai. Jurnal yang dibuat untuk
mencatat transaksi tersebut adalah sebagai berikut:
Truk B Rp
26.000.000,00
Akumulasi depresiasi truk A Rp 4.000.000,00
Truk A Rp
10.000.000,00
Kas Rp
20.000.000,00
Perhitungannya sebagai berikut:
Harga
perolehan truk A Rp 10.000.000,00
Akumulasi
depresiasi Rp 4.000.000,00-
Nilai
buku truk A Rp 6.000.000,00
Kas
yang dibayarkan Rp 20.000.000,00+
Harga
perolehan truk B Rp 26.000.000,00
Contoh 2:
Pertukaran dengan penerimaan kas.
Sebagai contoh, misalnya PT Risa Fadila menukarkan truk A dengan
truk B. Harga perolehan truk A sebesar Rp 50.000.000,00 dan akumulasi
depresiasinya sebesar Rp 20.000.000,00. Harga pasar (nilai wajar) truk B Rp
35.000.000,00 dan PT Risa Fadila menerima uang Rp 5.000.000,00. Jurnal yang
dibuat untuk mencatat pertukaran ini sebagai berikut:
Truk B Rp
25.000.000,00
Akumulasi depresiasi truk A Rp
20.000.000,00
Kas Rp 5.000.000,00
Truk A Rp
50.000.000,00
Perhitungannya sebagai berikut:
Harga
perolehan truk A Rp 50.000.000,00
Akumulasi
depresiasi Rp 20.000.000,00-
Nilai
buku truk A Rp 30.000.000,00
Kas
yang diterima Rp 5.000.000,00-
Harga
perolehan truk B Rp 25.000.000,00
2.
Pertukaran Aktiva Tetap yang Tidak Sejenis
Pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis adalah pertukaran aktiva tetap
yang sifat dan fungsinya tidak sama seperti misalnya pertukaran tanah dengan
mesin-mesin, tanah dengan gedung dan lain-lain. Perbedaan antara nilai wajar
aktiva tetap yang diserahkan dengan nilai wajar yang digunakan sebagai dasar
pencatatan aktiva yang diperoleh pada tanggal transaksi terjadi harus diakui
sebagai laba atau rugi pertukaran aktiva tetap. Penentuan harga perolehan dalam pertukaran seperti ini harus didasarkan
pada nilai wajar aktiva tetap yang diserahkan ditambah uang yang dibayarkan.
Bila nilai wajar aktiva yang diserahkan tidak diketahui, maka harga perolehan
aktiva baru didasarkan pada nilai wajar aktiva baru.
Misalnya pada awal tahun 2006 PT saya menukarkan mesin produksi dengan
truk baru. Harga perolehan mesin produksi sebesar Rp 2.000.000,00 akumulasi
depresiasi sampai tanggal pertukaran sebesar Rp 1.500.000,00 sehingga nilai
bukunya sebesar Rp 500.000,00. Nilai wajar mesin produksi tersebut sebesar Rp
800.000,00 dan PT saya harus membayar uang sebesar Rp 1.700.000,00. Harga
perolehan truk adalah Rp 2.500.000,00 yang perhitungannya sebagai berikut:
Nilai wajar mesin produksi Rp
800.000,00
Uang tunai yang dibayarkan Rp 1.700.000,00+
Harga perolehan truk Rp.
2.500.000,00
Jurnal yang dibuat untuk mencatat pertukaran diatas adalah sebagai
berikut:
Truk Rp
2.500.000,00
Akumulasi
depresiasi mesin Rp 1.500.000,00
Kas
Rp
1.700.000,00
Mesin Rp
2.000.000,00
Laba pertukaran mesin Rp. 300.000,00
Laba pertukaran mesin sebesar Rp
300.000,00 dihitung sebagai berikut:
Nilai wajar mesin produksi Rp 800.000,00
Harga perolehan mesin Rp 2.000.000,00
Akumulasi
depresiasi mesin Rp 1.500.000,00-
Rp 500.000,00-
Laba pertukaran mesin Rp. 300.000,00
Apabila mesin diatas ditukarkan pada
pertengahan tahun 2006 dan bukannya awal tahun 2006, maka pertama kali harus
diadakan pencatatan depresiasi untuk 1/2 tahun 2006 dan
baru dilakukan pencatatan transaksi pertukaran. Bila diketahui umur mesin
terebut 5 tahun maka jurnal-jurnalnya nadalah sebagai berikut:
Depresiasi mesin Rp
200.000,00
Akumulasi depresiasi mesin Rp 200.000,00
Perhitungan : 6/12
x 1/5 x Rp 2.000.000,00 = Rp. 200.000,00
Truk Rp
2.500.000,00
Akumulasi
depresiasi mesin Rp 1.700.000,00
Kas
Rp
1.700.000,00
Mesin Rp
2.000.000,00
Laba pertukaran mesin Rp. 500.000,00
Laba pertukaran mesin sebesar Rp
500.000,00 dihitung sebagai berikut:
Nilai wajar mesin produksi Rp 800.000,00
Harga perolehan mesin Rp 2.000.000,00
Depresiasi
s.d. awal 2006 Rp 1.500.000,00
Depresiasi 6
bulan Rp
200.000,00+
Rp 1.700.000,00_-
Rp 300.000,00-
Laba
pertukaran mesin Rp 500.000,00
BAB III
KESIMPULAN
Aktiva
tetap berwujud adalah aktiva-aktiva yang berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam
kegiatan perusahaan yang normal. Istilah relatif permanen menunjukkan
sifat dimana aktiva yang bersangkutan dapat digunakan dalam jangka waktu yang
relatif cukup lama. Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas tidak dilakukan
penyusutan terhadap harga perolehannya, sedangkan aktiva tetap yang terbatas
umurnya dilakukan penyusutan harga perolehannya. Aktiva tetap yang dapat
diganti dengan aktiva yang sejenis penyusutannya disebut depresiasi sedang
penyusutan sumber alam disebut deplesi.
Biaya perolehan
aktiva tetap harus diakui sebagai aktiva jika dan hanya jika : Besar
kemungkinan manfaat ekonomis dimasa depan berkenaan dengan aset tersebut akan
mengalis ke entitas. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.
Aktiva tetap
bisa dihentikan pemakaiannya dengan cara dijual, ditukarkan, ataupun karena
rusak. Pada waktu aktiva tetap dihentikandari pemakaian maka semua rekening
yang berhubungan dengan aktiva tersebut dihapuskan. Apabila aktiva itu dijual
maka selisih antara harga jual dengan nilai buku atau nilai residu dicatat
sebagai laba atau rugi.