BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Salah
satu alasan berlangsung aktivitas ekonomi adalah terjadinya ketidakseimbangan. Dalam
hal lapangan kerja, ketidakseimbangan tersebut juga terjadi. Di satu sisi,
pertumbuhan ekonomi yang pesar memerlukan penambahan tenaga kerja untuk
mengelolanya. Di sisi lain, keahlian dan spesifikasi tenaga kerja yang
dibutuhkan belum tentu dapat dipenuhi oleh orang yang membutuhkan pekerjaan.
Dengan pertambahan penduduk dunia pada umumnya atau di suatu negara pada
khususnya, laju pertambahan jumlah tenaga kerja yang tersedia seringkali
melampaui jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia. Akibatnya, penciptaan
lapangan kerja sendiri nampaknya merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat
ditawar lagi. Dalam hal inilah perusahaan kecil merupakan alternatif
penyelesaian. Berdirinya perusahaan kecil juga tidak terlepas dengan peran
wiraswastawan dalam mendirikan dan mengembangkan perusahaan kecil. Pentingnya
peran wiraswasta ditunjukkan dengan semakin luasnya distribusi peran wiraswasta
di semua aspek kehidupan. Di negara berkembang, kewiraswastaan bahkan merupakan
tiang penyangga dunia usaha dan industri.
B.
Rumusan
permasalahan
1. Apa
ciri-ciri perusahaan kecil?
2. Apa
perbedaan antara perusahaan kecil dengan perusahaan besar?
3. Apa
kekuatan dari perusahaan kecil?
4. Apa
kelemahan dari perusahaan kecil?
5. Bagaimana
mengembangkan perusahaan kecil?
6. Apa
tindakan yang harus diambil jika perusahaan kecil mengalami kegagalan?
7. Bagaimana
peran wiraswasta dalam memajukan ekonomi nasional?
8. Bagaimana
penggunaan hak fraincase dalam
perusahaan kecil?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Menjelaskan
ciri-ciri perusahaan kecil.
2. Menjelaskan
perbedaan antara perusahaan kecil dengan perusahaan besar.
3. Menjelaskan
kekuatan dan kelemahan perusahaan kecil.
4. Menjelaskan
pengembangan perusahaan kecil.
5. Menjelaskan
tindakan yang harus diambil ketika perusahaan kecil mengalami kegagalan.
6. Menjelaskan
peran wiraswasta dalam memajukan perekonomian nasional.
7. Menjelaskan
penggunaan hak fraincais.
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Kewiraswastaan, Wiraswasta, dan Wiraswataan
Kewiraswastaan
(enterpreneurship) adalah kemampuan
dan kemauan seseorang untuk berisiko dengan menginvestasikan dan mempertaruhkan
waktu, uang, dan usaha untuk memulai suatu perusahaan dan menjadikannya
berhasil. Melalui usaha yang dijalankannya, yang bersangkutan merencanakan dan
mengharapkan kompensasi dalam bentuk keuntungan di samping juga kepuasaan.
Bidang usaha atau perusahaan yang dibangun oleh seseorang dengan kepribadian
tertentu (wiraswastawan/enterpreneur)
sebagai alternatif penyediaan lapangan kerja, minimal bagi si pemilik modal
itu, yang disebut wiraswasta.
Selain
memperoleh keuntungan, berwiraswasta juga tak terlepas dari keuntungan dan
kerugian. Sisi keuntungan berwiraswasta adalah kemungkinan untuk mengatur
tingkat keuntungan yang diharapkan (semakin giat usaha dan waktu yang
dicurahkan, akan semakin besar harapan perolehan keuntungannya), melatih
ketajaman intuisi bisnis, meningkatkan sifat tanggung jawab terhadap dirinya
sendiri (juga terhadap keluarga dan bangsa), dan memiliki wewenang untuk
memerintah dan mengelola karyawannya.
Sedangkan
sisi kerugian berwiraswasta adalah tanggung jawab yang besar terhadap
kelangsungan usaha, perlunya menjaga relasi yang baik terhadap pihak-pihak
terkait dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, menanggung
beban akibat kerugian perusahaan, pencurahan waktu kerja, maupun bentuk
pengorbanan lainnya yang berkaitan dengan keluarga.
Dalam
kaitannya dengan kemajuan perusahaan, peran wiraswastawan adalah:
-
Memimpin usaha secara teknis maupun
ekonomis dengan berbagai aspek fungsional.
-
Mencari keuntungan bisnis.
-
Membawa perusahaan ke arah kemampuan,
perkembangan, serta kontinuitas.
-
Memperkenalkan hasil produksi baru.
-
Memperkenalkan cara produksi yang lebih
maju.
-
Membuka pasar.
-
Merebut sumber bahan mentah ataupun
setengah jadi.
-
Melaksanakan bentuk organisasi
perusahaan yang baru.
B. Unsur-unsur penting wiraswasta
Dalam
wiraswasta tercakup beberapa unsur penting yang satu sama lainnya saling
terkait. Unsur-unsur tersebut adalah unsur pengetahuan, unsur keterampilan,
unsur sikap mental, dan unsur kewaspadaan.
-
Unsur pengetahuan, mencirikan tingkat
penalaran yang dimiliki seseorang. Pada umumnya unsur pengetahuan banyak
ditentukan oleh tingkat pendidikan orang bersangkutan. Semakin tinggi dan
semakin luas pendidikan seseorang, semakin tinggi dan luas pula pengetahuannya.
Kedalaman pemahaman akan diperoleh seseorang bilamana ia mendalami bidang yang
digelutinya. Sedangkan orang yang lebih mementingkan pengetahuan luas pada
umumnya akan menjadi generalis. Selain diperoleh dari pendidikan formal,
pengetahuan juga dapat berkembang dari
“belajar sendiri”. Dalam dunia usaha
yang kompleks, diperlukan kemampuan yang komprehensif. Karena itu,
wiraswastawan dituntut untuk mempunyai keluasan pengetahuan dan kemampuan
penalaran yang tinggi.
-
Unsur keterampilan, pada umumnya
diperoleh melalui latihan dan pengalaman kerja nyata. Wiraswastawan yang
dilengkapi dengan keterampilan tinggi akan mempunyai peluang keberhasilan yang
lebih tinggi. Keterampilan yang dimilikinya akan memudahkan dan memperlancar
penyelesaian berbagai tugas yang harus dijalaninya.
-
Unsur sikap mental, menggambarkan reaksi
sikap dan mental seseorang ketika menghadapi suatu situasi. Untuk
berwiraswasta, secara umum dituntu adanya sikap mental yang fleksibel, sesuai
dengan tuntutan dan perkembangan keadaan, dinamis, kreatif, dan penuh
inisiatif. Pada situasi yang menguntungkan, wiraswasta akan melaksanakan
pekerjaannya tepat waktu sehingga kesempatan yang ada tidak hilang begitu saja.
Sebaliknya, pada kondisi yang tidak menguntungkan, mereka mampu menunda dan
menangguhkan pelaksanaan suatu pekerjaan dan memikirkan alternatif kesempatan
yang lain.
-
Unsur kewaspadaan, merupakan paduan
unsur pengetahuan dan sikap mental dalam menghadapi keadaan yang akan datang.
Kewaspadaan berkaitan dengan pemikiran atau rencana tindakan untuk menghadapi
sesuatu yang mungkin terjadi atau diduga akan dialami. Sehubungan dengan itu,
berwiraswasta juga berarti perlu mempertimbangkan sikap defensif atau ofensif. Bila
sikap defensif yang dipilih, berarti wiraswastawan akan memikirkan strategi,
taktik, dan rencana tindakan yang bersifat menghindari, mencegah, membelokkan,
menutupi, ataupun memperkecil hal-hal yang merugikan pihaknya. Bila sikap
ofensif yang dipilihm wiraswastawan justru mencoba melihat keuntungan yang
dapat diperolehnya dari sesuatu yang diduganya akan terjadi. Dengan dimikian,
segala upaya berupa pemikiran ataupun tindakan ditujukan untuk memanfaatkan
setiap kejadian dan kesempatan yang ada secara tepat dan sebaik mungkin, guna
menghasilkan sesuatu yang berguna baginya. Jadi, wiraswastawan yang baik mampu
mengambil kesempatan dalam kondisi yang menurut pandangan orang awam sulit
dilakukan. Dalam kenyataannya, unsur kewaspadaan terkait erat dengan rencana
tindakan wiraswastawan dalam mengantisipasi keadaan yang akan terjadi di masa
mendatang.
C. Cara memasuki perusahaan
Secara
umum ada tiga cara untuk memasuki peruSaan
dan menjadikannya sebagai hak milik. Ketiga cara tersebut adalah:
1. Membeli
perusahaan yang telah dibangun.
2. Memulai
perusahaan baru.
3. Membeli
hal lisensi (franchising/waralaba).
Pembelian
hak lisensi (franchising) merupakan
suatu keuntungan tersendiri karena adanya kerjasama antara si pembeli hal
lisensi (franchisee) dengan pihak
yang hak lisensinya dibeli (franchisor).
Dalam franchising terjadi hubungan
bisnis yang berkesinambungan antara franchising
dengan franchisor. Franchising merupakan
suatu persatuan lisensi menurut hukum antara suatu pabrik (manufaktur) atau
perusahaan yang menyelenggarakan, dengan penyalur (dealer) untuk melaksanakan kegiatan. Dengan franchising, perusahaan diselenggarakan seolah-olah menjadi bagian
dari suatu rangkaian yang besar, lengkap dengan nama, produk merek dagang, dan
prosedur penyelenggaraan standar.
Sistem
waralaba (franchising) sendiri
dimulai dengan apa yang disebut “product
franchise” (waralaba produk), yang lebih merupakan usaha keagenan seperti
keagenan mesin jahit Singer, keagenan sepatu Bata, dan lainnya. Pada
perkembangannya selanjutnya, waralaba produk ini kemudian populer melalui “business format franchising” (sistem
waralaba format usaha), seperti restoran Kentucky Fried Chicken (KFC), Mc
Donald, Ace Hardwarem Continent Hypermarket, Donat J-Co, dan sebagainya.
D. Tipe-tipe franchising
Dalam
pelaksanaannya, dijumpai adanya beberapa jenis franchising, yaitu:
1. Trade name franchising
Dalam hal ini, franchisee memperolehh hak untuk memproduksi. Sebagai contoh, PT.
Great River memiliki hak untuk memproduksi pakaian merek Triumph dengan lisensi
dari Jerman
2. Product distribution franchising
Dalam hal ini, franchising memperoleh hak untuk distribusi di wilayah tertentu,
misalnya, soft drink, cosmetics.
3. Pure franchising/business format
Dalam hal ini, franchisee memperoleh hak seluruhnya, mulai dari trademark, penjualan, peralatan, metode
operasi, strategi pemasaran, bantuan manajemen, teknik, pengendalian kualitas,
dan lain-lain. Contoh: restaurant, fast food, pendidikan, dan konsultan.
E. Franchising
di Indonesia
Perkembangan
usaha waralaba di Indonesia saat ini dan di masa mendatang mempunyai prospek
yang baik dan semakin pesat kemajuannya, karena dapat memberolan manfaat bagi franchisor dan franchisee maupun bagi konsumen (mendapatkan jaminan produk yang
bermutu), menyediakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja baru bagi angkatan
kerja Indonesia. Di samping itu usaha waralaba dapat pula memperluas usaha dan
akses pasar bagi produk-produk dan jasa Indonesia.
Berdasarkan
Peraturan Pemerintah (PP) No. 16 tahun 1997, waralaba atau franchise adalah sebuah perikatan, di mana salah satu pihak
diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan
intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan
suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak lain tersebut,
dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan atau jasa.
Kemudian
diperbarui dalam PP No. 42 tahun 2007, di mana waralaba atau franchise adalah hak khusus yang
dimiliki oleh perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri
khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan atau jasa yang telah terbukti
berhasil dan dapat dimanfaatkan dan atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan
perjanjian waralaba.
F. Pelaku Bisnis Franchise
Dari
definisi di atas, kita akan lihat penjabaran pihak-pihak yang berperan dalam
bisnis franchise tersebut. Pemberi
waralaba atau franchisor adalah pihak
yang memiliki hak penuh atas franchise
yang digelutinya karena franchisor
adalah penemu resep dan penggagas konsep franchise
tersebut. Dalam hal ini, bisnis franchise
telah dijalankan dalam waktu cukup lama (minimal 5 tahun) dan nyata memiliki
laporan keuangan yang sehat dan keunikan produk.
Penerima
waralaba atau franchisee adalah pihak
yang memberikan sejumlah imbalan (berupa uang). Dengan imbalan tersebut, franchisee berhak untuk menggunakan
merek, memakai sistem manajemen berdasarkan standar
operational procedure (SOP), dan mendapatkan konsultasi dari pihak franchisor. Jadi, bisnis franchise merupakan kesepakatan bisnis
antara franchisor dan franchisee. Di mana kedua pihak telah
mengetahui hak dan kewajiban masing-masing sehingga dengan kesadaran penuh
melakukan kontrak kerja sama yang saling menguntungkan.
G.
Bagaimana
memulai bisnis franchise
1.
Memulai dari mental kewirausahaan
Bisnis franchise adalah milik semua khalayak.
Semua orang dengan latar pendidikan yang beragam dan berasal dari segala
tingkatan ekonomi. Tidak peduli pria atau wanita. Semua berhak terjun di bisnis
ini.
Untuk menjadi franchisor dan franchisee tidaklah semudah yang anda bayangkan apabila kuda-kuda
anda tidak kuat. Kuda-kuda yang dimaksud adalah keterampilan kewirausahaan.
Karena dalam kewirausahaan terdapat banyak hal yang akan membentuk anda menjadi
seorang yang berkarakter kuat, tahan banting, pantang menyerah, selalu mencari
inovasi baru, bertujuan mulia, konsisten, berkomitmen, dan banyak lagi hal
positif.
2.
Memulai bisnis franchise sebagai franchisor
Dalam bisnis franchise, dua pihak yang berfungsi
sebagai podusen, yaitu franchisor dan
franchisee. Masing-masing memiliki
proses yang berbeda dalam memulainya. Untuk pihak franchisor yaitu pemilihan barang atau jasa franchise, proses
pembuatan barang atau cara kerja di bidang jasa, pembuatan gerai franchise, penawaran sistem franchise, dan manajemen
3.
Memulai bisnis franchise sebagai
franchisee
Sebagai pihak
penerima franchise, franchisee tidak terlalu berat untuk
memulai bisnis franchise ini. Karena
memang konsep franchise memudahkan
para franchisee membuka bisnis tanpa
harus susah payah menciptakan produk andal dan membuat sistem manajemen. Di
samping itu, bisa mempersingkat waktu. Namun demikian, bukan berarti seorang franchisee langsung memperoleh
keuntungan besar. Bagaimanapun bisnis adalah pertarungan. Pertarungan melawan
pesaing, melawan risiko ketidakpastian, dan pertarungan melawan hambatan dari
dalam diri. Tahapan untuk menjadi franchisee adalah memilih franchise,
menentukan lokasi dan tempat, tanda tangan kontrak kerja sama dan pembayaran
DP, dan perekrutan.
Bidang usaha franchise:
-
Makanan dan minuman
-
Salon rambut dan kecantikan
-
Binatu/jasa perbaikan
-
Pelatihan jasa konsultasi
-
Senam kebugaran (fitness) dan perawatan
jasmani
-
Produk
-
Printing/furniture
-
Real estate
Franchise
lokal
misalnya,
-
Fast
food, contoh Ayam Goreng Ny Tanzil, California Fried
Chicken (CFC), Beef Bowl, Hoka-Hoka Bento.
-
Restaurant/cafe/bar,
contoh es teler 88. Delly Joy, Mie Tek-Tek, King Fried Chicken and Steak.
-
Pizza/ice
cream/donut/cakes, contoh Holland Bakery, Croisant de
France, Nila Chandra cakes.
Franchise
asing,
misalnya,
-
Fast
food, contoh KFC, Texas Fried Chicken, MC Donald, A &
W, Hoka-hoka Bento.
-
Restaurant/cafe/bar,
contoh Red Lobster, Hard Rock, Kenny Rogers.
-
Pizza/ice
cream/donut/cakes, contoh Pizza Hut, Yogen Fruzz, Dunkinn
Donuts, J-Co, Baskin Robins.
-
Soft
drink, contoh Coca-cola, Pepsi Cola, Green spot.
H. Karakteristik perusahaan kecil
Tanpa
memandang ukurannya, perusahaan kecil berbeda dengan perusahaan besar dalam
bidang manajemen, kebutuhan modal, dan dasar operasionalnya.
Manajemen,
karena manajer-manajer perusahaan kecil adalah juga pemiliknya, mereka dapat
mengambil keputusan sendiri. Sebagai pelaksana kecil, pemilik adalah investor
dan sekaligus pengusaha. Hal ini memungkinkannya bererak bergerak bebas dalam
arti yang seluas-luasnya.
Kebutuhan
modal, jumlah modal yang dibutuhakan relative kecil dibandingkan modal yang
diperlukan oleh kebanyakan perusahaan besar. Modal ini biasanya dipasok oleh
satu orang atau paling banyak beberapa orang.
Operasi
setempat, bagi sebagian besar perusahaan kecl, daerah operasinya adalah wilayah
setempat. Pengusaha dan karyawannya bertempat tinggal dilingkungan dimana perusahaan tersebut berlokasi. Namun,
ini tidak berarti bahwa perusahaan kecil hanya melayani pasar setempat.
Beberapa perusahaan kecil Impor dan Eksport,
Perbedaan
Antara Perusahaan Kecil Dan Perusahaan Besar
Perusahaan
Kecil
|
Perusahaan
Besar
|
Umumnya
dikelola oleh pemilik
|
Bisanya
dikelola oleh bukan pemilik
|
Struktur
organisasinya sederhana
|
Struktur
organisasinya kompleks
|
Pemilik
mengenal karyawan
|
Pemilik mengenal
hanya sdikit karyawan
|
Pesentasinya
tinggi dalam kegagaan perusahaan
|
Persentasinya
rendah dalam kegagalan perusahaan
|
Kurangnya
manajer berspesialisasi
|
Biasanya
terdapat manajer berspesialisasi
|
Sukar
mendapat modal jangka panjang
|
Modal
jangka panjang biasanya relatif mudah diperoleh
|
I. Ciri-ciri perusahaan kecil
Secara
umum pengertian perusahaan kecil mengacu pada ciri-ciri berikut:
1.
Manajemen berdiri sendiri. Pada umumnya,
para manajer perusahaan kecil adalah juga pemilik. Dengan prediket yang
disandang, mereka memiliki kebebasan luas untuk bertindak dan mengambil
keputusan.
2.
Investasi modal terbatas. Pada umumnya,
modal perusahaan kecil disediakan oleh seorang pemilik atau sekelompok kecil
pemilik, karena jumlah modal yang diperlukan relatif kecil dibandingkan modal
yang diperlukan perusahaan-perusahaan besar.
3.
Daerah operasinya lokal. Dalam hal ini
majikan dan karyawan tinggal dalam suatu lingkungan yang berdekatan dengan
letak perusahaan. Meskipun demikian, tidak berarti perusahaan kecil hanya melayani
pasar setempat. Seringkali dijumpai, pemasaran perusahaan kecil bahkan mencapai
lingkup nasional.
4.
Ukuran secara keseluruhan relatif kecil
(penyelenggara di bidang operasonya tidak dominan)
J.
Kekuatan
dan kelemahan perusahaan kecil
Fakta
menunjukan banyak wiraswastawan memulai aktivitasnya dalam bentuk perusahaan
kecil sebelum akhirnya berkembang menjadi besar. Berbagai bidang usaha
memberikan kesempatan usaha, tingkat perolehan keuntungan, maupun tingkat
risiko yang berbeda-beda. Contoh berbagai bidang usaha tersebut adalah usaha
tani, usaha peternakan, industri pariwisata, usaha jasa, dan lain-lain. Dalam
berbagai bidang usaha tersebut, dewasa ini perusahaan-perusahaan jasa merupakan
alternatif pilihan yang menarik dan berkembang dengan pesat.
Sektor
jasa mulai tumbuh lebih pesat dibandingkan sektor-sektor ekonomi lainnya. Lebih
dari sepertiga perusahaan menjual jasa dan bukan produksi. Persentase
pendapatan masyarakat yang dibelanjakan untuk jasa juga semakin meningkat.
Terlepas dari bidang usaha yang dipilih, sebagaimana dijumpai pada hampir semua
kondisi, perusahaan kecil juga memiliki kekuatan dan kelemahan. Kekuatan
perusahaan kecil terutama berkenaan dengan kebebasannya untuk bertindak dan
menyesuaikan diri dengan kebutuhan setempat. Sebaliknya, kelemahan perusahaan
kecil terutama berkaitan dengan spesialisasi, modal, dan jaminan pekerjaan
terhadap karyawannya.
1.
Keuntungan perusahaan kecil
Kebebasan dalam
bertindak mengacu pada fleksibilitas gerak perusahaan dan kecepatannya dalam
mengantisipasi perubahan tuntutan pasar. Hal ini lebih dimungkinkan dalam
perusahaan kecil karena ruang lingkup layanan perusahaan relatif kecil,
sehingga penyesuaian terhadap adopsi teknologi yang sesuai dengan kebutuhan
pasar dapat dilaksanakan dengan cepat.
Penyesuaian
dengan kebutuhan setempat dapat berjalan lebih baik terutama karena dekatnya
perusahaan dengan masyarakat setempat, keeratan hubungan dengan pelanggan,
serta fleksibilitas penyesuaian volume usaha dalam kaitannya dengan tuntutan
perubahan selera pelanggan.
2.
Kelemahan perusahaan kecil
Perusahaan
dengan ukuran apa saja (besar, sedang, maupun kecil) selalu mengandung risiko,
di samping keuntungannya. Perusahaan kecil lebih mudah terpengaruh oleh
perubahan situasi, kondisi ekonomii, persaingan, dan lokasi yang buruk. Pada
bagian sebelumnya telah disinggung kelemahan perusahaan kecil yang terutama
berkaitan dengan spesialisasi, modal, dan jaminan pekerjaan terhadap
karyawannya.
Dalam hal
spesialisasi keahlian, pada umumnya pemilik perusahaan tidak memiliki keterampilan
khusus untuk semua bidang manajemen. Seorang pemilik tunggal cenderung
memperlakukan bidang yang dikuasainya secara berlebihan dan agak mengabaikan
bidang-bidang yang kurang dikuasainya. Meskipun demikian, karena yang
bersangkutan bertanggung jawab pada hampir semua bidang (personil, pembelian,
keuangan, administrasi, dan penyelenggaraan aktivitas sehari-hari) dalam
pelaksanaan kesuluruhan kegiatan, hampir pasti akan dijumpai kekurangan di
berbagai hal. Mengingat pengelolaan perusahaan kecil memerlukan proses yang
sama seperti dalam pengelolaan perusahaan besar, maka pemilik atau pengelola
perusahaan kecil harus mempertimbangkan kemampuan mereka dalam bidang-bidang
yang terkait dengan personil, fasilitas fisik, akuntansi, keuangan, pembelian,
pengurusan barang dagangan, pemasaran, advertensi, risiko, maupun
penyelenggaraan sehari-hari.
Bilamana
disadari bahwa tidak semua bidang dikuasai, maka pengelola harus merencanakan
untuk mempekerjakan orang-orang dengan keahlian yang diperlukan untuk mendukung
kelancaran operasional dan keberhasilan perusahaan. Kebutuhan ini sedemikian
pentingnya mengingat kurangnya pengalaman manajemen merupakan sebab utama dari
kegagalan perusahaan kecil. Modal yang dapat disediakan oleh pemilik perusahaan
kecil itu terbatas. Arus uang kontan untuk penyelenggaraan kegiatan sehari-hari
mungkin cukup, tetapi tidak demikian untuk keperluan perluasan, Kemungkinan
perolehan kredit pinjaman juga tidak semudah perusahaan besar, karena
kesempatan yang ada terkait dengan kredibilitas perusahaan.
Data empiris
menunjukan bahwa modal memegang peranan penting dalam pengembangan perusahaan.
Ketidakcukupan modal seringkali merupakan sebab utama kegagalan perusahaan
kecil dan ketidakmampuan mereka untuk memenangkan persaingan dalam bentuk
harga, kualitas, perang iklan, dan sebagainya. Dalam menaksir dana-dana yang
diperlukan untuk penyelenggaraan, seharusnya diantisipasi
kemungkinann-kemungkinan terburuk seperti halnya tidak adanya aliran dan masuk
yang berasal dari keuntungan pada tahun-tahun permulaan perusahaan berjalan,
akan menderita kerugian pada tahun-tahun pertama, dan sebagainya; sehingga
perlu dicadangkan dana tambahan. Pertimbangan tersebut didasarkan atas
pengalaman yang menunjukan tingkat kegagalan perusahaan baru lebih besar daripada
perusahaan-perusahaan yang telah berdiri beberapa lama. Perusahaan kecil
mungkin memberikan upah yang baik kepada karyawannya, tetapi pada beberapa hal
yang terkait dengan jaminan pekerjaan, program-program training, peningkatan
pendidikan formal, jaminan kesehatan, jaminan hari tua, dan sebagainya, mereka
tidak dapat menyamai perusahaan besar. Kondisi tersebut disadari oleh pencari
kerja, sehingga para tamatan perguruan tinggi ataupun pencari kerja pada umunya
lebih suka bekerja di tempat yang mempunyai kesempatan yang lebih terbuka untuk
promosi ataupun untuk perolehan jaminan-jaminan lainnya.
Hal ini
dikuatkan dengan fakta bahwa perusahaan-perusahaan besar mempunyai lebih banyak
kesempatan jabatan, promosi dalam karier, maupun kesempatan-kesempatan lain.
Kenyataan ini menyebabkan perusahaan kecil pada umunya memiliki posisi lebih
lemah dalam persaingan untuk mendapatkan tenaga kerja yang memiliki kompetensi
tinggi.
K.
Mengembangkan
perusahaan kecil
Untuk
mengembangkan perusahaan diperlukan pertimbangan yang matang terhadap tiga hal:
profil pribadi (dalam kaitannya dengan kelayakan kredit, referensi-referensi,
perincian pengalaman perusahaan), profil perusahaan (dalam kaitannya dengan
sejarah, analisis tentang para pesaing dan pasar, strategi persaingan dan rencana
operasi, rencana arus uang kontan dan analisis pulang pokok), serta paket
pinjaman (dalam kaitannya dengan jumlah yang diminta, jenis pinjaman yang
diminta, alasan pembenaran, jadwal pembayaran kembali dan ketentuan-ketentuan
pembayaran).
Pertimbangan
yang matang untuk mengembangkan perusahaan, memerlukan kejelian yang terkait
erat dengan kemampuan manajemen, pemenuhan kebutuhan modal, pemilihan bentuk
kepemilikan perusahaan, dan strategi untuk memenangkan persaingan pasar. Faktor
yang memberikan keuntungan persaingan
kepada wiraswastawan tertentu dibandingkan para pesaingnya. Faktor-faktor
tersebut adalah: Pemenuhan kebutuhan pelanggan yang tidak dapat dipenuhi para
pesaing.
-
Pemenuhan kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi
-
Pelayanan yang lebih baik
-
Peragaan barang yang lebih baik
-
Mutu yang lebih tinggi dengan harga yang sama
-
Harga yang lebih rendah dengan mutu yang sama
-
Keamanan produk lebih besar
-
Pelayanan pelanggan secara pribadi
-
Informasi mngena poduk lebih baik
-
Penataan took lebih menyenangkan
-
Informasi yang lebih lengkap dalam periklanan
-
Kemasan yang lebih menarik
L.
Kegagalan
perusahaan kecil
Banyak
faktor yang dapat menjadi penyebab kegagalan perusahaan kecil. Sebagian
penyebab kegagalan telah disebutkan seperti kurangnya pengalaman manajemen,
kurangnya modal, kurangnya kemampuan dalam promosi penjualan, ketidakmampuan
untuk menagih piutang yang macet, penggunaan teknolohi yang sudah ketinggalan
zaman, kurangnya perencanaan perusahaan, permasalahan kecakapan pribadi,
kesalahan pemilihan bidang usaha, dan lain-lain. Secara umum, tanda-tanda
kegagalan perusahan ditunjukkan oleh:
-
Penjualan yang menurun pada beberapa
periode pembukuan
-
Perbandingan utang yang semakin tinggi
-
Biaya operasi yang semakin meningkat
-
Pengurangan dalam modal kerja
-
Penurunan dalam keuntungan
-
Peningkatan kerugian
Bila
tanda-tanda kegagalan tersebut mulai terlihat, perlu dipikirkan beberapa
tindakan perbaikan berikut:
-
Mengurangi biaya-biaya operasi
-
Berusaha untuk meningkatkan penjualan
melalui perbaikan metode pemasaran maupun iklan
-
Peminjaman kembali kerugian-kerugian
kredit untuk menghindari resiki-resiko buruk
-
Memeriksa ulang posisi persediaan untuk
menentukan kecukupan kesediaan.
M. Kunci Sukses Bagi Perusahaan Kecil
Kebanyakan
orang yang memutuskan untuk menjadi wiraswastawan, sebelumnya pernah bekerja
pada orang lain. Dan mereka mempunya
gagasan sangat baik mengenai jenis bisnis yang akan mereka jalankan. Namun,
mendirikan perusahaan mereka sendiri, mereka harus memutuskan apakah mereka mempunyai
kemampuan dan kekuatan untuk menjalankan suatu perusahaan, dan mereka harus
mengembangkan suatu rencana perusahaan. Meraa harus mengukur kecakapan mereka
dalam manajemen dan kemampuan mereka dalam mencukupi modal yang dibutuhkan.
Mereka harus memutuskan bentuk terbaik dari organisasi perusahaan mereka.
Pemilik perusahaan kecil harus mempunyai kemampuar mengorganisasikan perusahaan
dengan baik
1. Mengembangkan
rencana perusahaan
Orang
yang tidak membuat rencana untuk sukses, sebenarnya merencanakan kegagalan. Ada
tiga bidang utama yang harus ditangani dalam pengembangan rencana bisnis: sosok
pribadi, sosok perusahaan, dan paket pinjaman kekhususan bidang-bidang ini
adalah sebagai berikut:
a. Sosok
Pribadi
-
kredit rating,
-
referensi,
-
keterangan terinci yang penting-penting tentang
pengalaman dalam bisnis
b. Sosok
Perusahaan
-
Sejarah,
-
analisis mengenai pesaing dan pasar.
-
Pembahasan mengenai strategi dan operasi,
-
rencana dan peraalan laba,
-
rencana arus kas,
-
analisis pulang pokok
c. Paket
Pinjaman
-
Jumlah yang diminta,
-
Jenis pinjaman yang diminta
-
Pertimbangan-pertimbangan
-
Syarat-syarat dan jadwal pembayaran kembali
2. Mengelola
Perusahaan dengan Baik
Telah kita pelajari tentang manajemen suatu
organisasi perusahaan, secara khusus, kita telah mengklasifikasi empat fungsi
pokok proses manajemen dan kita telah membahas ssyarat-syarat kepemipinan
tertentu. Fungsi pokok manajemen sama pentingnya baik perusahaan kecil maupun
perusahaan besar. Namun, perusahaan besar dapat merekrut beberapa ahli untuk
mengelola bidang tertentu. Dalam perusahaan kecil, hal seperti ini tidak dapat
dilakukan. Seseorang harus memutuskan apakah dia mempunyai kemampuan mengelola
semua bidang yang ada. Seseorang yang tidak mempunyai keahlian cukup dalam
bidang tertentu harus merencanakan merekrut orang yang berkualifikasi guna
mengisi kebutuhan tersebut.
Tidak semua orang memiliki kualifikasi pribadi
yang dibutuhkan untuk menjadi wiraswasta yang sukses. Mereka yang tidak
memilikinya mungkin harus membiarkan orang lain mengambil resiko bisnis tersebut.
Beberapa penelitian telah menunjukan bahwa kualifikasi ini biasanya di
hubungkan dengan wiraswasta yang sukses:
a. Keinginan
yang kuat untuk mandiri
b. Kemauan
yang menanggung resiko
c. Kemampuan
belajar dari pengalaman
d. Motivasi
diri
e. Semangat
bersaing
f. Beorientasi
kea rah kerja keras
g. Kepercayaan
pada diri sendiri
h. Dorongan
mencapai kemajuan
i.
Tingkat energi tinggi
j.
Tegas
John
Sloan, ketika menjabat direktur utama Nation
Federation of Independent business, mengatakan bahwa motivasi dalam
manajemen adalah kualitas multifaktor. Dia menyatakan “Imbalan keuangan jelas
merupakan salah satu jenis motivasi. Kebebasan atau menjadi bos sendiri adalah
motivasi jenis kedua; dan menjalankan apa yang orang itu maumenjalankannya
adalah motivasi jenis ketiga.
3. Memperoleh
Keuangan yang Memadai
Beberapa penelitian menunjukan bahwa kekurangan
Modal adalah penyebab utama gagalnya perusahaan kecil. Makin kecil persentase
modal pemilik dalam perusahaan, makin besar resiko kegagalan. Yang dimaksud
dengan Modal termasuk uang yang digunakan
untuk memulai perusahaan dan kredit yang diberikan kepada perusahaan oleh
pabrik, grosir dan lainnya. Suatu ketentuan yang berlaku umum adalah bahwa
pemilik menyediakan sedikitnya dua pertiga dari jumlah modal.
Kebanyakan perusahaan kecil dibiayai dengan
sumberdaya pribadi satu orang. Lembaga keuangan, teman, dan anggota keluarga
dapat juga menginvestasikan dalam usaha baru itu. Jumlah yang dipeolrh dari
berbagai sumber sangat tergantung pada apakah pemilik memulai suatu perusahaan
baru atau membeli perusahaan yang sudah berjalan.
4. Memilih
Bentuk – Pemilikan Terbaik
Kesederhanaan perusahaan Perseroan membuat
bentuk ini sangat cocok bagi perusahaan kecil. Tetapi dalam kondisi tertentu
bentuk perseroan terbatas dan persekutuan, termasuk S-Corporation juga memuaskan bagi usaha berskala kecil. Sangat
penting untuk memutuskan sedini mungkin bentuk apa yang harus digunakan.
5. Mencari
Mata Kompetitif
Masyarakat yang sedang berkembang baik, terus
saja bertambah luas. Dengan tumbuhnya pemukiman baru di pinggiran kota, maka
segera berkembang pusat perbelanjaan, dengan berubahnya kekerabatan di
kota-kota besar, maka muncul pula peluang
bagi perusahaan kecil. Namun,
perusahaan keci harus mempunyai ciri khusus agar tampak mempunyai kelebihan
dalam segi paersaingan.
Perbedaan dari
kewirausahaan dan bisnis sangat mendasar. Pada umumnya kewirausahawaan memiliki
badan hukum yang jelas, sedangkan bisnis kecil jarang yang memiliki badan hukum
yang jelas. Selain itu, bisnis kecil sangat bergantung pada lingkungan pasar.
Dari sistem managerialnya pun berbeda, sistem managerial kewirausahawan lebih
baik dibandingkan sistem bisnis kecil. Kewirausahawan lebih meningkatkan hasil
dari suatu produknya, sedangkan bisnis kecil lebih meningkatkanpada laba yang akan
didapatkan.